Mercusuar.co, WONOSOBO – Desa Tieng, yang terletak di kawasan pegunungan Dieng, Kabupaten Wonosobo, telah dikenal sebagai penghasil tembakau Swating sejak Tahun 1838. Produk tembakau ini diolah secara tradisional oleh para petani lokal, menghasilkan cita rasa khas yang menjadi daya tarik penikmat tembakau.
Ketua Sentra Tembakau Swating Desa Tieng, Ahmad Fauzi, mengungkapkan bahwa produksi tembakau di desa ini telah berlangsung secara turun-temurun. “Kami memproduksi tembakau dengan cara tradisional di rumah masing-masing. Ada berbagai macam produk unggulan seperti tembakau garangan, lembutan, hingga cerutu,” jelasnya.

Tembakau Swating khas Desa Tieng memiliki dua varian utama, yakni Crutu Swating dan Tembakau Garangan.Crutu Swating merupakan tembakau yang tidak melalui proses perajangan. Dengan alat tradisional, daun tembakau digulung menjadi produk sepanjang 12 cm, berdiameter 1,5 cm di ujung, dan 1 cm di pangkal.
Sementara itu Tembakau Garangan ini diolah menjadi petak berbentuk segi empat berukuran 56 cm x 36 cm dengan ketebalan 1,5 cm. Prosesnya mencakup perajangan, pencetakan, pembakaran, dan penjemuran manual selama tujuh hari di bawah sinar matahari.
Produk lainnya adalah tembakau instan, yang dirancang khusus untuk penikmat “nglinting dewe” (tingwe). Tembakau instan ini ditawarkan dalam berbagai campuran rasa, seperti kemenyan dan cengkeh.
Selain tembakau tradisional, Desa Tieng juga memproduksi cerutu berbahan dasar daun tembakau murni.
“Cerutu ini baru melayani pesanan karena masih dibuat secara manual. Kami belum bisa memproduksi skala besar karena keterbatasan mesin,” tambahnya.
Harga produk tembakau di Desa Tieng bervariasi tergantung kualitas dan jenisnya.
Berkisar harga Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta per jerigen. Tergantung kondisi cuaca dan kualitas tembakau, tembakau instan Rp 30 ribu per ons, tembakau Lembutan Rp 15 ribu per 25 gram dan Cerutu Rp 15 ribu per batang.
Produk tembakau Swating Desa Tieng kini semakin dikemas menarik guna meningkatkan daya saing. Sentra Tembakau Swating juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani tembakau di wilayah tersebut. Meski pengunjung dari kalangan pengepul, terutama etnis Tionghoa, mulai berkurang, para petani tetap berupaya melestarikan tradisi ini.
Dengan keunikan dan kualitasnya, Desa Tieng terus menjadi ikon penghasil tembakau khas di kawasan pegunungan Dieng, membawa kebanggaan bagi masyarakat Wonosobo.(Gen)