Profil Korban Penembakan Polisi Nahel Merzouk di Prancis

nahel merzouk
nahel merzouk

MERCUSUAR.CO – Pembunuhan Nahel Merzouk, (17), sudah memicu kerusuhan di kota-kota di seluruh Prancis dan kota Nanterre di sebelah barat Paris tempat ia dibesarkan. Sudah terjadi berhari-hari kota di negeri itu hadapi kerusuhan besar-besaran.

Terkini, Aksi kerusuhan massa meluas ke bermacam daerah, lebih dari 1. 300 orang ditangkap aparat kepolisian buntut demonstrasi serta kerusuhan yang terjalin di beberapa daerah di Prancis.

Bacaan Lainnya

Perlu diketahui, kerusuhan terjadi akibat penembakan polisi terhadap seseorang laki-laki keturunan Afrika Utara, Aljazair, Nahel Merzouk di kota Nanterre. Dia tewas di tangan polisi serta membuat kemarahan besar di Prancis.

Siapa Nahel Merzouk?

Nahel Merzouk sendiri merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh ibunya tanpa seseorang bapak. Dia bekerja selaku supir pengiriman makanan.

Di waktu senggang, dia dikenal bermain di rugby. Dia jadi salah satu atlet lokal di Pvale Citoyen, salah satu bagian dari asosiasi di Prancis.

Nahel Merzouk sebenarnya terdaftar di akademi besar di Suresnes. Tetapi, catatan kehadirannya di akademi besar kurang baik.

Terkini, para perusuh menyerbu rumah walikota pinggiran Paris, L’Hay-les-Roses Vincent Jeanbrun. Mereka membakar mobil serta meluncurkan kembang api ke arah istri serta anak-anak Jeanburn yang baru berumur 5 serta 7 tahun.

Pada hari Nahel Merzouk tewas, Selasa minggu lalu, dia dilaporkan berpamitan pada ibunya buat bekerja. Dia apalagi sempat memberi ciuman ke ibunya saat sebelum berangkat.

Tetapi tidak lama setelahnya, dekat jam 09.00 pagi dia ditembak mati di dada dari jarak dekat. Kala itu, dia berada di balik kemudi mobil Mercedes kala pengecekan polisi terjadi.

Jaksa tinggi di Nanterre, Pascal Prache, berkata kalau Nahel Merzouk sudah dikenal polisi sebab tidak mematuhi lalu lintas di mana dia diminta menyudahi berkendara. Dia juga sudah dipanggil ke pengadilan remaja pada bulan September buat insiden tersebut.

Dikenal usia 17 tahun memanglah belum menemukan izin berkemudi. Tetapi, penggeledahan mobil tidak menemukan kalau dirinya bawa bahan beresiko ataupun obat- obatan terlarang.

Anak Baik yang Bertahan Hidup

BBC International menggambarkan gimana kematian Nahel Merzouk jadi pukulan untuk ibunya. Terlebih, dia merupakan anak semata wayang.

“Apa yang hendak saya jalani saat ini?” kata sang ibu saat mengetahui si anak wafat.

“Saya mencurahkan segalanya buat ia… Saya cuma memiliki satu, aku tidak memiliki 10(anak). Ia merupakan hidup saya,” tangisnya.

Bagi keluarga Nahel Merzouk ialah anak baik. Ini juga dibenarkan pengacaranya.

“Tidak mempunyai catatan kriminal,” tegas pengacaranya di program tv Prancis Cà Vous.

Statment kalau Nahel Merzouk bukan anak yang berulah pula dikatakan Presiden regu rugby Ovale Citoyen Jeff Puech. Dia mengaku sangat mengenalnya.

Dikatakannya gimana menyebut Nahel Merzouk dan ibunya sempat tinggal di perkebunan Pablo Picasso saat sebelum ke Vieux- Pont pinggiran kota Nanterre. Anak muda itu, tegas ia, memakai rugby buat bertahan hidup.

“Ia merupakan seorang yang mempunyai kemauan buat membiasakan diri secara sosial serta handal, bukan anak kecil yang berurusan dengan narkoba ataupun menemukan kesenangan dari kejahatan anak muda,” katanya ke Le Parisien.

Mengutip halaman yang sama, pengakuan kalau Nahel tidak sempat macam- macam juga dipertegas seseorang petugas ambulans, Marouane. Dia melancarkan omelan terhadap seseorang petugas polisi serta setelah itu menarangkan kalau ia memahami bocah itu seolah- olah ia merupakan adik laki- lakinya.

“Nahel Merzouk sudah melihatnya berkembang selaku anak yang baik hati serta penolong,” ucapnya marah.

“Ia tidak pernah mengangkat tangan kepada siapa pun serta ia tidak pernah melakukan kekerasan,” katanya kepada wartawan.

Berwajah Arab

Kekecewaan ke polisi juga berujung serta diklaim sebab dia seseorang imigran. Nahel Merzouk berwajah Arab.

“Kekerasan polisi terjadi setiap hari, paling utama bila Kamu orang Arab ataupun berkulit gelap,” kata seseorang pemuda di kota Prancis menyerukan keadilan untuk Nahel.

Perihal ini juga memunculkan kemarahan. Demonstrasi timbul di jalan- jalan kota- kota segala negara kala pemberitaan jadi viral.

“Menolak buat menyudahi memberi Anda izin untuk membunuh, Seluruh anak Republik mempunyai hak atas keadilan,” kata pemimpin Partai Sosialis Olivier Faure.

Pos terkait