Presiden Donald Trump Merasa Terabaikan dalam Parade Militer China

Presiden Donald Trump Merasa Terabaikan
Presiden Donald Trump Merasa Terabaikan dalam Parade Militer China

Mercusuar – Presiden Amerika Serikat Donald Trump merasa terabaikan dalam perhelatan parade militer China. Walau terkesan dengan parade militer itu, Trump berpendapat China seharusnya menyebutkan kontribusi Amerika Serikat dalam Perang Dunia II.

China menggelar parade militer di Lapangan Tiananmen, Beijing, Rabu (3/9/2025). Parade ini memperingati 80 tahun berakhirnya perang melawan agresi Jepang dan fasisme. Dalam unggahan di pelantar Truth Social, Trump mengomentari acara tersebut.

Bacaan Lainnya

Trump berharap, Presiden China Xi Jinping akan menyebutkan peran AS dalam membantu pembebasan China dari penjajah asing. Namun, ia kemudian menuding Xi serta Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang hadir dalam acara itu berkonspirasi melawan AS.

”Saya pikir itu upacara yang indah. Saya pikir itu sangat, sangat, mengesankan,” kata Trump kepada para wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, beberapa jam setelah unggahan di media sosial, dilansir dari Reuters edisi Kamis (4/9/2025).

Namun, Trump menyayangkan pidato Xi. ”Saya menonton pidatonya tadi malam. Presiden Xi adalah teman saya, tetapi saya pikir Amerika Serikat seharusnya disebutkan tadi malam dalam pidato itu, karena AS sangat membantu China,” ujarnya.

NBC News mencatat, tidak ada delegasi AS yang hadir di dalam acara di Beijing. Akan tetapi, seorang warga AS tampak turut menyaksikan

Invasi Jepang ke China pada 1937 merupakan eskalasi besar dalam pertempuran yang kemudian memicu Perang Dunia II. AS bergabung dalam perang pada tahun 1941 lalu membantu China melawan Jepang, sebuah peran penting dalam kekalahan Jepang. Penyerahan diri Jepang pada 1945 menandai berakhirnya konflik.

Mantan Duta Besar AS untuk China, R Nicholas Burns, menilai, parade militer itu bersifat simbolis. Parade itu tidak hanya menulis ulang sejarah Perang Dunia II, tetapi juga mengecilkan kontribusi AS. Sebaliknya, parade itu menampilkan China dan Rusia sebagai pemenang utama.

”Simbolisme nyata dari itu adalah untuk menunjukkan kekuatan militer China yang semakin besar sekaligus aliansi erat antara China dan Rusia. Selain itu, pengaruh China juga kian meluas di antara pemerintahan otoriter lainnya di Asia Tengah dan sekitarnya,” kata Burns kepada The New York Times.

Selama bertahun-tahun, hubungan AS-China tegang karena isu keamanan dan perdagangan, khususnya perang tarif. Namun, Trump telah beberapa kali memuji hubungan personal yang baik dengan Xi sehingga ada peluang untuk membangun hubungan bilateral ke arah yang konstruktif. Trump juga telah mengisyaratkan kemungkinan bertemu dengan Xi.

Respons Rusia

Sementara itu, Rusia membantah tuduhan Trump soal konspirasi Beijing, Moskwa, dan Pyongyang. Menurut Kremlin, tidak ada konspirasi apa pun.

”Hubungan Rusia dengan mitra-mitra Timur-nya, khususnya China dan Korea Utara, serta kerja sama dalam kerangka multilateral, seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) dan BRICS, dijalankan untuk kepentingan semua pihak, bukan ditujukan untuk merugikan siapa pun,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita TASS, Rabu.

Peskov berharap, pernyataan Trump adalah kiasan. ”Tidak ada yang merencanakan apa pun,” ucap Peskov.

Tuduhan Trump terlontarkan ketika sedang berusaha menyelesaikan perang Rusia di Ukraina. Ukraina dan Rusia terus gagal mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata maupun kesepakatan damai. Korut membantu Rusia di perang itu dengan mengirim tentara.

Trump sudah mengisyaratkan sanksi baru jika Putin terus enggan berdamai. ”Saya tak punya pesan apa pun untuk Presiden Putin. Dia tahu posisi saya. Apa pun keputusannya, kami akan senang atau tidak senang. Dan, jika kami tidak senang, Anda akan lihat saja nanti,” ujar Trump kepada wartawan di Ruang Oval saat bertemu Presiden Polandia Karol Nawrocki.

Pada Agustus lalu, Trump dan Putin bertemu di Alaska untuk membahas perang di Ukraina. Setelah itu, Trump bertemu Zelenskyy dan para pemimpin Eropa. Trump lalu berusaha menjadwalkan pertemuan antara Putin dan Zelenskyy dalam waktu dua pekan. Pertemuan ini tak kunjung terwujud.

Menurut seorang pejabat Gedung Putih, Trump akan berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis. Sebelumnya, Zelenskyy dan para pemimpin Eropa mengatakan, mereka menantikan panggilan telepon setelah pertemuan hibrida dengan koalisi sukarela di Paris, Perancis.

Dalam menyikapi perang Ukraina-Rusia, China tampak berusaha untuk bersikap netral. Namun, Beijing memberikan Moskwa jalur diplomatik dan ekonomi yang aman, termasuk dengan membeli minyak Rusia.

Pernyataan antibarat

Dalam parade militer itu, Xi tak hanya memamerkan kekuatan militer China, tetapi juga kedekatan dengan negara-negara yang berselisih dengan Washington. Sekitar 25 kepala negara atau pemerintahan mengikuti acara itu, termasuk Putin, Kim, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Lebih dari 50.000 penonton hadir.

Menurut seorang pejabat, Xi mengucapkan terima kasih kepada ”pemerintah asing dan sahabat internasional yang telah mendukung dan membantu rakyat China”. Ia tidak membahas peran Amerika Serikat dalam Perang Dunia II.

Bagi sebagian pengamat, parade militer di China tidak bersifat konspirasi atau terselubung. Ada pesan yang tampak jelas selama acara berlangsung dari negara-negara anti-Barat.

”Faktanya, negara-negara ini sangat terbuka dalam seruan mereka untuk tatanan internasional baru, tatanan yang tidak menghalangi mereka dari lingkup pengaruh, kekuasaan, status, dan legitimasi yang diyakini para pemimpin itu layak mereka dapatkan,” kata Richard Fontaine, Kepala Eksekutif Center for a New American Security.

Fontaine menjelaskan, negara-negara tersebut dengan jelas menunjukkan pandangan bahwa AS adalah hambatan utama bagi pencapaian tujuan global mereka. ”Mereka memandang tatanan dunia sekarang tidak adil, yang didominasi Barat. Yang begitu jelas dalam acara itu adalah mereka siap untuk melakukan sesuatu, termasuk bekerja sama,” tuturnya.

Pengamat lainnya menilai, China bersikap oportunis. ”China memanfaatkan kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan AS,” ujar Jackie SH Wong, asisten profesor studi internasional di American University of Sharjah kepada CNN.

Pemimpin militer AS tampak meremehkan persatuan negara-negara tersebut di China. Menurut Komandan Angkatan Udara Pasifik AS Kevin Schneider, China, Korut, Rusia, dan negara-negara lain memang berusaha menyampaikan pesan.

”Namun, saya pikir inti dari semua ini adalah kami tidak gentar,” kata Schneider.

Pos terkait