Komda HAM Wonosobo Turun Lapangan Serap Aspirasi Siswa

WhatsApp Image 2025 10 03 at 21.30.21 22cebcc6

MERSUSUAR.CO. WONOSOBO– Upaya Komisi Kabupaten Wonosobo Ramah Hak Asasi Manusia (Komda Ramah HAM) untuk membantu mewujudkan sekolah yang aman dan ramah anak mengungkap aspirasi tak terduga dari para siswa. Dalam audiensi yang digelar pada Rabu, 1 Oktober 2025, di SMA Negeri 1 Wonosobo, perwakilan siswa-siswi secara terbuka menuntut pemenuhan hak untuk bermain, “dolan” (berlibur/berkumpul), dan ruang ekspresi diri yang lebih memadai di tingkat kabupaten.
Aspirasi ini muncul di sela-sela diskusi yang juga menyoroti masalah-masalah struktural yang lebih luas, menunjukkan bahwa kebutuhan psikologis dan sosial remaja sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan yang padat.
Audiensi Komda HAM di Sekolah Unggulan
Komda Ramah HAM memulai rangkaian kegiatannya pada 1 Oktober 2025 dengan fokus pada dua isu krusial di Wonosobo: Hak atas Pendidikan Anak di sekolah dan. Hari pertama difokuskan di SMAN 1 Wonosobo, salah satu sekolah unggulan di Wonosobo.
Dalam dialog bersama Kepala Sekolah, guru, dan organisasi siswa, Komda Ramah HAM menekankan pentingnya:
1. Sekolah bebas diskriminasi, di mana setiap siswa diperlakukan setara tanpa memandang latar belakang.
2. Penyediaan ruang pengembangan minat dan bakat untuk menyalurkan potensi siswa secara maksimal.
3. Menghargai keberagaman, sebagai praktik nyata nilai-nilai HAM di lingkungan pendidikan.
4. Bebas bullying
SMAN 1 Wonosobo sendiri telah menunjukkan komitmen kuat melalui peraturan bersama untuk pencegahan bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi. Sekolah ini juga memanfaatkan PIK Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) sebagai konselor sebaya (setara) untuk menciptakan lingkungan yang suportif.
Suara Siswa: Hak Bermain, Dolan, dan Keadilan Pendidikan
Setelah sesi dengan tenaga pendidik dan Guru Bimbingan Konseling (BK), Komda Ramah HAM melanjutkan audiensi dengan 30 perwakilan siswa-siswi. Anggota Komda Ramah HAM menggunakan pendekatan dialogis, lebih banyak memancing agar para siswa dapat leluasa menyampaikan pendapatnya dan saling menghargai serta mendengarkan keluhan teman.
Di luar dugaan, banyak masukan dari anak-anak yang selama ini terasa kurang didengar oleh orang dewasa. Aspirasi utama yang disuarakan adalah tuntutan akan hak untuk bermain, hak PIP (Program Indonesia Pintar) yang tepat sasaran, hak untuk “dolan” (berlibur/berkumpul), dan adanya ruang ekspresi diri di Kabupaten Wonosobo. Tuntutan ini merefleksikan adanya tekanan psikologis dan minimnya keseimbangan antara tuntutan akademis dan kebutuhan rekreasi serta bersosialisasi.
Namun, yang paling mengejutkan adalah arah perbincangan sebagian besar siswa. Ketika Anggota komisi ham meminta tuntutan hak pibadi siswa/anak, meskipun mereka punya keluhan personal, mayoritas justru menyampaikan keprihatinan mendalam tentang hak untuk mendapatkan pendidikan bagi remaja lain yang tinggal di pelosok Wonosobo dan tidak seberuntung mereka.
“Kami butuh waktu untuk ‘dolan’, untuk recharge dan mengekspresikan diri, karena tekanan sekolah itu berat. Tapi, lebih penting lagi, teman-teman kami di desa juga harus dapat sekolah yang bagus dan aman,” ungkap salah seorang siswi yang hadir, mewakili pandangan sebagian besar rekannya. Tuntutan ini menunjukkan tingkat kesadaran sosial yang tinggi dan semangat berbagi hak asasi manusia di kalangan remaja.
Komda HAM: Mengawal Pemenuhan Hak Anak dan Pendidikan Inklusif
Anggota komisi kabupaten Wonosobo Ramah HAM mengapresiasi keberanian dan pandangan inklusif para siswa SMAN 1 Wonosobo. Masukan ini menjadi catatan penting bahwa pembangunan Wonosobo Ramah HAM harus benar-benar menjangkau seluruh aspek kehidupan masyarakat, khususnya memastikan sekolah yang inklusif, aman, dan berimbang terbebas dari 3 dosa Pendidikan bullying, kekerasan seksual dan intoleransi.
komisi kabupaten Wonosobo Ramah HAM berkomitmen untuk mengawal aspirasi ini, memastikan hak-hak anak, baik yang bersifat rekreatif-psikologis (bermain dan berekspresi) maupun hak fundamental (pendidikan yang merata), dapat dipenuhi sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Dialog ini membuktikan bahwa remaja, terutama di sekolah unggulan, tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap ketidakadilan pendidikan di wilayah mereka.(taf)

Pos terkait