Sejarah Desa Sungsang, Pemukiman Sebelum Zaman Kerajaan Sriwijaya

desa sungsang
Desa Sungsang yang terletak di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

MERCUSUAR.CO, Banyuasin – Walau tidak banyak orang yang tau, Desa Sungsang yang terletak di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan kaya akan sejarah.

Desa ini memiliki sejarah panjangnya yang terkait dengan berbagai budaya dan peradaban. Tidak hanya dimulai beberapa ratus tahun yang lalu, tetapi lebih dari ribuan tahun yang lalu.

Bacaan Lainnya

Sejarah Desa Sungsang

Prasasti Kota Kapur merupakan bukti tertulis yang menghubungkan desa Sungsang dengan peradaban Sriwijaya yang megah.

Kota Kapur adalah kawasan yang berhadapan langsung dengan Selat Bangka, yang merupakan jalur utama transportasi laut pada masa lalu.

Selat Bangka menghubungkan Sungsang dengan Sungai Upang, Sungai Sungsang, dan Sungai Saleh, yang semuanya memiliki peranan penting dalam sejarah daerah ini.

Berdasarkan bukti sejarah, dapat disimpulkan bahwa desa Sungsang adalah salah satu pemukiman yang ada sebelum zaman Kerajaan Sriwijaya.

Peran Sungsang dalam pertahanan dan perdagangan pada saat itu adalah kunci dalam sejarah Kesultanan Palembang Darusalam.

Desa ini digunakan sebagai benteng pertahanan terdepan oleh kesultanan, dan dari Sungsanglah persiapan pertahanan dilakukan, termasuk pemasangan meriam dan persenjataan lainnya.

Asal-usul Nama Desa Sungsang

Ada beberapa versi yang berbeda tentang bagaimana nama ini muncul. Versi pertama berasal dari penuturan tokoh masyarakat setempat, yang mengklaim bahwa nama Sungsang berasal dari seorang pengembara bernama Pojang Cinde Kirana.

Pojang Cinde Kirana berlayar untuk tujuan berdagang, tetapi perjalanannya terhenti ketika perahunya terdampar. Menurut bahasa penduduk setempat, “terdampar” adalah “tersangsang,” yang kemudian menjadi “Sungsang.”

Versi kedua tentang asal usul nama Sungsang berhubungan dengan arah aliran sungai. Pada masa pasang, air di Batanghari mengalir dari hilir ke hulu, yang seharusnya sebaliknya.

Hal ini membuat masyarakat menyebutnya “Sungsang” sebagai referensi terhadap arah aliran sungai yang salah.

Versi ketiga berasal dari cerita tentang seorang kesatria yang kuat bernama Demang Lebar Daun, yang datang dari Banten dan terdampar di daerah desa Sungsang.

Daerah di mana dia terdampar kemudian dinamai Sungsang, sebagai referensi terhadap kejadian terdamparnya.

Demang Lebar Daun kemudian menetap di sana, menikahi putri Kerajaan Sriwijaya, dan menjadi leluhur masyarakat desa Sungsang.

Pos terkait