WWF: China Bisa Jadi Model Standar Atasi Polusi Plastik

Dua orang pria bekerja memilah botol plastik bekas di "Rumah Biru Kecil" di Distrik Jiaojiang, Taizhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 17 Oktober 2023. foto: ist
Dua orang pria bekerja memilah botol plastik bekas di "Rumah Biru Kecil" di Distrik Jiaojiang, Taizhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 17 Oktober 2023. foto: antara

MERCUSUAR.CO, Jakarta – Langkah yang diambil oleh China untuk mengatasi masalah polusi plastik dapat dijadikan acuan dan contoh bagi negara-negara lain dalam upaya mendukung pencapaian kesepakatan global terkait polusi plastik yang dirumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini disampaikan oleh seorang perwakilan dari World Wide Fund for Nature (WWF).

Sidang ketiga Komite Negosiasi Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa (INC-3) yang bertujuan menyusun perjanjian global mengenai polusi plastik dijadwalkan berlangsung dari tanggal 13 hingga 19 November di Nairobi, ibu kota Kenya.

Bacaan Lainnya

“China merupakan negara sekaligus aktor yang sangat penting dalam negosiasi-negosiasi tersebut,” ujar Eirik Lindebjerg, manajer kebijakan plastik global WWF.

Dua orang pekerja memasukkan botol-botol plastik bekas yang telah disortir ke dalam alat pengompres di "Rumah Biru Kecil" di Distrik Jiaojiang, Kota Taizhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 17 Oktober 2023. foto: antara
Dua orang pekerja memasukkan botol-botol plastik bekas yang telah disortir ke dalam alat pengompres di “Rumah Biru Kecil” di Distrik Jiaojiang, Kota Taizhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 17 Oktober 2023. foto: antara

Lindebjerg menyampaikan bahwa China telah menerapkan sejumlah kebijakan dalam negeri untuk mengurangi produksi dan penggunaan plastik, mengembangkan alternatif-alternatif, dan mengurangi limbah plastik, dengan tujuan mengatasi dampak polusi dari bahan tersebut serta melindungi lingkungan secara signifikan.

Pada bulan Oktober yang lalu, program China untuk mengolah limbah plastik laut, yang melibatkan kolaborasi dengan lebih dari 6.000 individu dan 200 lebih perusahaan dari Provinsi Zhejiang di China timur, berhasil meraih penghargaan Champions of the Earth Award 2023. Penghargaan ini merupakan penghargaan lingkungan paling prestisius dari PBB dan diberikan sebagai apresiasi terhadap inovasi China dalam upaya mengurangi polusi laut.

“Pendekatan China terhadap rantai nilai penuh polusi plastik merupakan sesuatu yang akan sangat berharga dan diperlukan dalam negosiasi-negosiasi tersebut,” kata Lindebjerg.

Lindebjerg menuturkan bahwa negosiasi perjanjian itu akan menghadirkan peluang penting untuk mengajak seluruh dunia guna mendukung kebijakan yang sama. Dia berharap dapat melihat “sebagian besar negara melakukan penyelarasan dengan beberapa langkah global yang sangat konkret, terarah, mengikat, dan umum” untuk mengakhiri polusi plastik.

Menurut WWF, perjanjian itu diperkirakan akan mencantumkan konten-konten seperti pelarangan, penghapusan, atau pengurangan bertahap produk-produk plastik yang berisiko tinggi dan dapat dihindari, polimer, serta bahan-bahan kimia terkait.

“Saya kira China dapat memainkan peran yang konstruktif dalam semua langkah tersebut,” tutur Lindebjerg.

Lindebjerg meyakini bahwa penggunaan plastik dan polusi akan menjadi topik utama dalam Konferensi Para Pihak Ke-28 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP28) yang dijadwalkan di Dubai, Uni Emirat Arab, mulai 30 November hingga 12 Desember.

Dia menekankan bahwa negosiasi perjanjian tersebut akan memiliki dampak penting bagi COP, dan dia menambahkan bahwa World Wide Fund for Nature (WWF), yang berkantor pusat di Gland, Swiss, adalah organisasi konservasi independen yang aktif di lebih dari 100 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Pos terkait