Sejarah Desa Wano, Wilayah Tertua di Kuningan

desa Wano
Desa Wano merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Kuningan.

MERCUSUAR.CO, Kuningan – Desa Wano merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Kuningan. Sekitar tahun 1700-an, wilayah ini pernah masuk sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Sebelum seperti sekarang, penduduk Wano sering berpindah tempat tinggal karena tidak amannya pemukiman mereka.

Sejarah desa Wano dapat dilacak lewat perkampungan kuno di sebelah selatan Sungai Cipogor yang kini menjadi lahan pertanian bernama Sawah Singkup. Kampung tersebut dikenal sebagai Paimahan dan dihuni oleh warga yang masih terikat persaudaraan.

Bacaan Lainnya

Penduduk Wano kala itu hidup rukun di bawah kepemimpinan Kuwu Jaksa. Ia merupakan seorang abdi dalem Keraton Kasepuhan yang telah lama dipercaya untuk menjadi sesepuh atau tetua di daerah tersebut.

Sayangnya kehidupan di kampung Paimanan itu tidak berjalan mulus. Sebab, penduduk desa Wano kerap dihantui rasa takut akibat ulah perampok dari daerah lain yang suka berbuat onar.

Melihat nasib penduduk desa Wano yang terpuruk, Kuwu Jaksa memutuskan pindah dari Paimahan. Singkat cerita, pemimpin Wano tersebut membawa 6 keluarga untuk menetap di sebelah utara Sungai Cipogor. Sedangkan 3 keluarga lainnya memilih hijrah ke bagian barat.

Setelah pindah, pemukiman baru itu disebut Desa Tarikolot. Nama tersebut diberikan karena dalam bahasa Sunda berarti orang tua yang merujuk pada keputusan Kuwu Jaksa untuk membuka perkampungan di sana.

Kehidupan penduduk desa Wano di masa itu terbilang makmur. Warga yang sering menggarap lahan pertanian selalu menikmati hasil panennya. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan Kesultanan Cirebon yang berada di puncak kejayaannya.

Pada masa itu, diutus lah seorang tokoh Syekh Syarif Juhud untuk datang ke Wano dan menetap di sana. Dia terkenal sangat religius serta taat terhadap ajaran agama Islam.

Uniknya di momen kedatangan Syekh Syarif Juhud inilah nama Wano disematkan pada desa tersebut. Kata ini punya makna yang begitu bagus. Dalam bahasa Cirebon, kata Wano diambil dari kata Wana yang berarti hutan. Namun menurut Udin, Wano juga bermakna berani.

Desa Wano Pernah Dijajah Belanda dan Jepang

Selama hampir seratus tahun berdiri, sama halnya dengan daerah lain di Indonesia, Wano di Kuningan sempat diduduki oleh para kolonis Belanda. Masyarakat yang hidup kala itu harus merasakan nelangsa dan dirampas kebebasannya.

Desa Wano pernah dijajah Belanda dan Jepang. Saat itu masyarakat harus hidup di bawah penderitaan.

Karena letaknya terpencil dan berada di pedalaman hutan, saat masa penjajahan dahulu Desa Wano menjadi salah satu basis pejuang untuk melawan penjajah. Para tentara pribumi cukup pandai bersembunyi sebelum mereka melakukan gerilya.

Berkat perjuangan rakyat dan pejuang Wano, pihak penjajah yang menduduki kawasan tersebut akhirnya harus angkat kaki.

Pos terkait