MERCUSUAR.CO, Batanghari – Sebuah desa memiliki sejah unik masing-masing. Salah satunya adalah desa Sungai Pulai terletak di daerah Muara Tembesi, kabupaten Batanghari, provinsi Jambi.
Awalnya, desa Sungai Pulai dahulu bukanlah sebuah desa melainkan tempat untuk mencari sumber makanan bagi penduduk Rantau Kapas dengan cara berkebun.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada akhirnya penduduk Rantau Kapas memutuskan malakukan pemangkuan pertama yang dikelola oleh Datuk Kosim pada sekitar tahun 1971.
Sungai Pulai terbagi menjadi 4 (Empat) dusun yaitu Dusun Satu yang diberi nama desa Sungai Pulai dengan alasan nama tersebut diambil karena dahulu banyaknya kayu Pulai.
Sebelumnya terdapat dusun Sungai Rumbai yang berdiri dikarenakan adanya anjuran dari pemerintahan untuk memecah Rambutan Masam menjadi beberapa bagian. Berdirinya dusun ini dengan alasan agar desa tersebut dapat lebih maju. Sehingga diputuskan pemangkuan pertama dilaksanakan pada tahun 1957 yang dikepalai oleh Datuk Samiun.
Pada akhirnya pada tahun 1988 Sungai Rumbai memutuskan untuk bergabung dengan Sungai Pulai dengan alasan memperluas desa itu sendiri dan diberi nama Desa Sungai Pulai. Dan kepemimpinan kepala desa masih diambil dari kepala desa Sungai Rumbai yakni Rowi Efendi.
Terdapat beberapa fakta unik desa Sungai Pulai yaitu meskipun Sungai Pulai terletak di Provinsi Jambi, akan tetapi 60% penduduk bukanlah masyatakat asli Jambi melainkan campuran Jawa,Palembang, Medan, Aceh, Padang.
Walaupun mereka bukanlah penduduk asli Jambi, mereka sangat menjujung tinggi adat istiadat Jambi.
Selain itu, masyarakat Sungai Pulai lebih dominan laki-lakinya dari pada perempuan dan70% masyarakat Sungai Pulai bekerja sebagai buruh tani dan buruh kebun.
Pembangunan yang dilakukan oleh desa pertama kali adalah pembangunan masjid yang diberi nama Masjid Darul Fallah pada tahun 1969. Dan disusul oleh masjid Darussalam sekitar tahun 1970-an yang terletak disungai pulai.