MERCUSUAR.CO, Pemalang – Desa Cawet, sebuah nama yang pada pandangan awalnya mungkin memunculkan bayangan yang agak tabu, terutama jika Anda memahami Bahasa Jawa dengan baik.
Namun sebenarnya, dibalik nama yang mengejutkan itu terdapat kisah menarik yang menjadi bagian dari sejarah Desa Cawet yang terletak di Kecamatan Watukumpul, ujung selatan kota Pemalang, Jawa Tengah.
Penamaan Desa Cawet yang unik ini memiliki akar sejarah yang menarik. Menurut sumber yang dilaporkan oleh situs Desakupemalang.id pada Selasa (17 Mei 2022), penamaan desa ini dapat ditelusuri kembali hingga tahun 1825, saat Pemalang diperintah oleh seorang Adipati bernama Adipati Reksodiningrat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Potang.
Pada suatu waktu, Adipati Potang melakukan inspeksi wilayah di sekitarnya dan secara tak terduga bertemu dengan sekelompok orang yang sedang bekerja di sawah. Adipati Potang pun bertanya kepada mereka siapa yang memimpin kelompok tersebut.
Salah satu dari mereka menunjuk seseorang yang pada saat itu secara kebetulan mengenakan kain lancingan, yang disebut sebagai “cawing,” sebagai penutup bagian vital tubuhnya. Kain lancingan ini diikatkan dengan tali sebagai ikat pinggang.
Tanpa ragu, Adipati Potang memilih individu tersebut untuk menjadi kepala desa (Kades) pertama di wilayah tersebut dan memberinya julukan “Cawing Tali.” Sementara nama kawasan tersebut kemudian diberi nama “Desa Cawet,” yang mengambil inspirasi dari kata “Cawing,” yang berarti penutup bagian vital tubuh, dan “Tali,” yang merujuk pada ikat pinggang.
Namun, seperti yang terlihat dari berbagai sumber, termasuk video yang diunggah pada Selasa (17 Mei 2022), sejarah Desa Cawet memiliki beberapa versi yang berbeda.
Sejarah Desa Cawet yang menarik
Versi pertama mengacu pada satu individu yang hanya menggunakan “cawing tali” sebagai penutup bagian penting dan dipilih oleh Adipati Pemalang untuk menjadi Kades pertama. Versi kedua menyebutkan bahwa penamaan Desa Cawet berasal dari dua tokoh yang masing-masing memimpin kawasan desa tersebut. Nama kedua tokoh ini adalah Cawing dan Tali, yang kemudian disingkat menjadi “Cawet,” dan mereka dianggap memiliki sinergi yang kuat sehingga keduanya terpilih sebagai kepala desa.
Versi ketiga, yang cukup menarik, menyatakan bahwa kata “Cawet” berasal dari Bahasa Sunda, di mana “cawing” berarti udara dan “awet” berarti mengalir tanpa henti. Legenda menyebutkan bahwa wilayah desa ini memiliki mata air yang tak pernah kering dan selalu mengalir.
Berdasarkan penelusuran dari Salopos.com, sosok yang diberi julukan “Cawing Tali” merupakan salah satu dari lima sesepuh desa. Selain Cawing Tali atau yang sering disebut Mbah Cawing, terdapat juga Mbah Sula, Mbah Wasit, Mbah Tarwin, dan Mbah Sibu. Sesepuh kelima ini diyakini sebagai penyebar agama Islam di wilayah tersebut.
Sejak zaman kepemimpinan Kades Cawing Tali hingga Taufik Saleh, telah ada 17 kepala desa yang memimpin Desa Cawet. Taufik Saleh sendiri menjabat sebagai kepala desa hingga tahun 2024. Terletak sekitar 50 km dari pusat Kota Pemalang, desa ini memiliki ketinggian antara 250 hingga 660 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menawarkan pemandangan alam yang masih asri dengan hutan pinus yang melimpah.
Desa Cawet ini terletak di antara perbukitan Igir Jahe dan Bukit Bulu, serta dikelilingi oleh dua sungai besar, yaitu Kali Keruh (yang berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan) dan Sungai Polangga. Desa ini memancarkan daya tariknya dengan alam yang indah dan sejarah yang menarik, menjadikan destinasi yang unik dan menarik untuk dijelajahi di Jawa Tengah.