MERCUSUAR, Papua – Seorang pilot helikopter asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, mengalami penyanderaan dan pembunuhan tragis oleh kelompok bersenjata di Papua. Kejadian ini terjadi di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, pada Senin (5/8) sekitar pukul 10:00 WIT.
Helikopter milik PT. Intan Angkasa Air Service yang diterbangkannya juga dibakar oleh kelompok tersebut. Kasus ini melibatkan empat penumpang, dua di antaranya adalah tenaga kesehatan, satu bayi, dan satu anak.
Kejadian ini bermula pada pukul 09.30 WIT ketika helikopter yang diterbangkan oleh Glen Malcolm Conning tiba di Distrik Alama, Kabupaten Mimika. Helikopter tersebut membawa empat penumpang dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Distrik Alama.
Sesaat setelah mendarat, helikopter tersebut langsung diadang oleh kelompok yang disebut polisi sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Menurut Kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Dr. Bayu Suseno, para penumpang dan pilot langsung diturunkan dan dikumpulkan di sekitar lokasi pendaratan.
“Setelah semua turun dari helikopter, kelompok TPNPB langsung melakukan pembunuhan terhadap pilot Glen Malcolm Conning,” kata Bayu. Jenazah pilot kemudian dibawa ke helikopter dan dibakar bersamaan dengan helikopter tersebut. Seluruh penumpang selamat dalam kejadian ini.
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, menyatakan pihaknya belum bisa mengonfirmasi klaim Polri terkait tuduhan penyanderaan dan pembunuhan terhadap Glen Malcolm Conning.
“Kami belum terima konfirmasi dari lapangan, harap sabar,” ujarnya. Sebby juga menambahkan, “Kalaupun [sangkaan] benar, pilot tersebut adalah mata-mata dari TNI/Polri karena sudah sejak lama kami bilang wilayah tersebut masuk dalam wilayah perang.”
Sebby menegaskan bahwa wilayah tersebut adalah zona konflik dan penerbangan sipil dilarang mendarat di sana.
“Saya sudah bilang ke publik bahwa wilayah itu wilayah larangan, wilayah konflik bersenjata yang kami larang untuk penerbangan sipil, apalagi sering mengangkut tentara polisi pakai helikopter-helikopter itu,” tambahnya.
Kejadian ini mengingatkan pada peristiwa serupa yang terjadi pada 7 Februari 2023, di mana seorang pilot asal Selandia Baru lainnya, Phillip Mark Mehrtens, disandera oleh kelompok TPNPB yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. Mehrtens disandera setelah mendaratkan pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan. Hingga saat ini, berbagai seruan untuk membebaskan Mehrtens belum membuahkan hasil.
Kepala operasi khusus di Papua, Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, yang memimpin Operasi Damai Cartenz 2024, mengatakan, “Untuk diketahui bahwa, Distrik Alama merupakan distrik yang terisolir sehingga akses ke sana hanya ditempuh dengan menggunakan helikopter.”