Potret Estetik Tata Kota Kerukunan Beragama di Kampung Jlegong

MASJID JLEGONG: Masjid satu-satunya yang ada di kampung Jlegong kelurahan Pagerkukuh kecamatan Wonosobo yang berdampingan dengan makam bong cino.
MASJID JLEGONG: Masjid satu-satunya yang ada di kampung Jlegong kelurahan Pagerkukuh kecamatan Wonosobo yang berdampingan dengan makam bong cino.

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Ada yang menarik sore itu di kampung Jlegong Kelurahan Pagerkukuh Kecamatan Wonosobo. Dua orang anak dan seorang kakek bermain di komplek kuburan cina atau warga setempat menyebutnya bong cino. Dikampung Jlegong itu hamparan bong cino yang dibangun sejak penjajahan Belanda menyatu dengan rumah-rumah penduduk. Di area kuburan cina ini juga terdapat masjid megah dan bangunan TPQ.

Oleh warga Kampung Jlegong, keberadaan bong cino menjadi berkah, area makam bisa jadi tempat bermain yang indah serupa taman. Bagi dua anak dan kakek itu, kuburan cina tidaklah menakutkan, bahkan baginya menyenangkan karena tata permakaman seperti penataan ruang publik; ada fasilitas duduk-duduk, ada pula space untuk memandang gerlapnya lampu kota Wonosobo pada malam hari.

Bacaan Lainnya

Di kampung ini, warga dari berbagai usia mendapatkan limpahan berkah pekerjaan gali lubang kuburan bong cino. Mereka pula mendapatkan job untuk perawatan pemakaman. Warga dikampung ini mendapatkan rezeki atas rutinitas yang biasa mereka kerjakan. Selain saling membutuhkan dalam hal pekerjaan sebagai tukang gali kubur, warga disini juga memiliki toleransi yang kuat saat menggelar ritual agama seperti pengajian maupun hari-hari besar peringatan keagamaan.

Tak kalah menariknya selain bong cino, di kampung Jlegong terdapat kuburan campuran umat Hindu, Islam dan Budha dalam satu kompleks. Luasannya lebih kecil dari kawasan bong cino. Hanya saja sama-sama berada di perbukitan. Kawasan kuburan ini berada di sepelamparan batu dengan bong cino. Pada musim covid kemarin dibeberapa titik kawasan pemakaman ini oleh pemerintah daerah dibuat komplek makam korban covid. Kurang lebih ada delapan lubang, tidak ada separonya yang terpakai.

Ketua Gusdurian Wonosobo Haqi el Ansyari memandang Kampung Jlegong adalah potret estetik tata kota kerukunan beragama. Mengapa demikian? Haqi melihat keberadaan pemakaman cina dan hindu yang sudah ada sejak zaman Belanda di kawasan itu bukti nyata tata kota baik yang pada akhirnya menjadi pemersatu antar umat beragama dalam fungsi yang menguntungkan timbal balik secara ekonomi antar warga.

Waktu itu, imbuhnya, Belanda diperkirakan sudah melakukan penataan bahwa makam bong cino dan hindu nantinya menjadi pusat pemukiman sekaligus perekonomian warga. Jarak makam ini dari alun-alun juga bisa ditempuh hanya kurang dari 10 menit.

“Di kampung Jlegong saat ini terdapat pemukiman dan sekolahan. Kerukunan beragama disitu sangat baik. Islam dan non Islam disini menyatu dalam frame estetik tata kota berupa pemakaman lintas agama,” ujarnya.

Pemuka agama Kampung Jlegong Kiai Ngarobi merupakan tokoh paling berpengaruh di kampung itu dalam menjaga entitas kerukunan umat beragama di kawasan itu. Kiai Ngarobi merupakan warga asli Jlegong yang ramah. Ngarobi tokoh agama yang juga mantan kepala MAN Wonosobo pada tahun 1990-an. Kiai Ngarobi setiap ada momen acara agama dia yang dituakan dan cerahamnya selalu ditunggu warga. Tokoh-tokoh Tionghoa yang menjadi pengurus yayasan bong cino juga harmonis dan saling berkunjung ke rumah kiai Ngarobi.

Tokoh pemuda kristen kampung Jlegong, Dibyo Prasetyo menyebutnya kampung Jlegong adalah potret kerukunan umat beragama dari sisi tata kota dan sejak dulu warga menyatu betul dan saling membutuhkan antar umat beragama.

Dibyo mengatakan gotong royong dalam urusan membantu aktivitas warga di kampung ini bisa menjadi cermin baik bagi masyarakat di Indonesia.”Tiap ada undangan yasinan warga saya datang,” katanya.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Wonosobo Panut menyampaikan kerukunan umat beragama di Wonosobo sangat baik yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan. Di sisi lain dalam pengamalan ajaran agamanya warga kerja sama dalam kehidupan masyarakat sebagaimana potret yang terjadi di kampung Jlegong Wonosobo.

Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo dalam kunjungan ke Klenteng Hok Hoo Bio Wonosobo menyatakan warga Wonosobo dalam menjalankan kegiatan beragamanya rukun dan memiliki toleransi yang sangat kuat.

“Di Wonosobo tingkat kerukunan perlu kita contoh dengan hidup berdampingan dengan agama lain menunjukan toleransi yang telah kita bangun itu tercermin,” ungkapnya belum lama ini.

Klenteng Hok Hoo Bio Wonosobo, menurut Wibowo menjadi sebuah cerminan Bhineka Tunggal Ika yang nyata bisa ditemui. Moderasi beragama menjadi salah satu bagian membangun umat beragama dengan rukun.

“Keragaman agama di Indonesia ini terbukti berjalan dengan baik. Tidak ada kasus yang menonjol, terutama di Wonosobo perlu kita apresiasi yang keragaman agama sangat tinggi toleran satu sama lain dan saling melengkapi,” jelasnya.

Dia menyampaikan kebebasan beragama adalah hak fundamental sebagaimana tercantum dalam Pasal 18 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Menjamin persamaan dalam kebebasan beragama bagi seluruh warga negara Indonesia adalah prinsip dasar yang dilindungi oleh hukum, dan dihargai oleh budaya sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Menurutnya selain menegakkan peraturan perundang-undangan yang ada, pemerintah Indonesia mengambil langkah soft power dalam menyelesaikan permasalahan, mencari solusi terbaik dalam melindungi seluruh warga negara Indonesia tanpa diskriminasi, agar tidak muncul konflik kekerasan.

Sementara itu, Wie Suprijadi selaku rohaniawan agama Konghucu di Klenteng Hok Hoo Bio Wonosobo mengucapkan terima kasih pemerintah telah hadir memberikan kebebasan beragama. (Biofana Muhammad Ilham)

Pos terkait