Anies dan Ahok Bersaing Kembali di Pilkada dan Pilgub Jakarta 2024

Anies Baswedan kalahkan Ahok dalam Pilkada Jakarta 2017 dengan kampanye intensif, didukung oleh pemilih yang inginkan perubahan.(ILHAM)
Anies Baswedan kalahkan Ahok dalam Pilkada Jakarta 2017 dengan kampanye intensif, didukung oleh pemilih yang inginkan perubahan.(ILHAM)

MERCUSUAR, Jakarta, 18 Juli 2024Pilkada dan Pilgub DKI Jakarta 2024 kembali menjadi ajang persaingan antara dua mantan gubernur, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Hasil survei terbaru dari Litbang Kompas menunjukkan bahwa Anies Baswedan dan Ahok menjadi dua calon favorit untuk maju dalam pemilihan gubernur. Elektabilitas Anies berada di angka 29,8%, sementara Ahok mendapatkan dukungan sebesar 20%.

Survei yang dilakukan pada 15-20 Juni 2024 dengan melibatkan 400 responden di Jakarta menunjukkan hasil yang menarik. Anies Baswedan berada di posisi pertama dengan elektabilitas 29,8%, diikuti oleh Ahok dengan 20%. Ridwan Kamil, Erick Thohir, Sri Mulyani, Andika Perkasa, Kaesang Pangarep, Heru Budi Hartono, dan Tri Rismaharini juga masuk dalam daftar calon, namun dengan persentase yang jauh lebih rendah. Margin of error survei ini adalah plus minus 4,9% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Juru Bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, menegaskan bahwa pihaknya tidak merasa terancam dengan elektabilitas Ahok yang mencapai 20%. “Apakah pihak Anies merasa terancam? Tentunya tidak. Anies sudah mengikuti Pilgub (Jakarta) 2017 dan Pilpres 2024. Di mana hasilnya adalah selalu di 40-an persen (di Jakarta). Ini adalah strong voters Anies,” ujarnya. Sahrin yakin Anies akan terus menanjak dalam survei-survei berikutnya.

Ketua DPP PDI-P Said Abdullah melihat elektabilitas Ahok sebagai harapan besar bagi partainya di Pilgub Jakarta. “Karena Jakarta ini etalase dari republik. Maka Ahok menurut saya karena tingkat elektabilitasnya sangat mengejutkan itu potensial bisa mengalahkan Anies,” ujarnya. Di sisi lain, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan bahwa PKB masih menunggu konstelasi politik dan peta koalisi sebelum memberikan surat rekomendasi kepada Anies Baswedan. “PKS yang pertama kali resmi mengusung Anies memerlukan partai lain. Sebab, meski PKS memperoleh suara tertinggi, perolehan suaranya di pemilihan legislatif 2024 di bawah syarat 22 kursi DPRD Jakarta untuk bisa mengusung calon,” jelas Jazilul.

Sahrin Hamid menambahkan bahwa dukungan dari partai-partai politik akan menjadi faktor penting dalam kemenangan Anies. “Dukungan rakyat menjadi lebih terdorong atas keyakinan tersebut. Bahwa Anies mendapatkan perahu untuk kembali berlayar di Jakarta. Maka harapan warga Jakarta bahwa Anies akan kembali bertugas sebagai Gubernur adalah harapan menjadi kenyataan,” tegasnya.

Ketua DPP PDI-P Bidang Pemenangan Pemilu Eksekutif, Deddy Yevri Sitorus, menyatakan bahwa partainya mempertimbangkan Ahok sebagai calon kuat. “Ya kalau dipertimbangkan pasti dipertimbangkan lah. Dia kader (PDI-P), dia tidak punya cela, kecuali menjadi korban hasutan,” katanya. Deddy juga menyinggung keanehan keputusan Gibran Rakabuming Raka yang baru mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wali Kota Solo setelah memenangkan Pilpres 2024 bersama Prabowo Subianto.

Pilkada dan Pilgub Jakarta 2024 diperkirakan akan menjadi ajang pertarungan sengit antara Anies Baswedan dan Ahok. Dengan dukungan partai dan rekam jejak yang kuat, kedua calon ini memiliki peluang besar untuk meraih kemenangan. Elektabilitas keduanya yang tinggi menunjukkan bahwa warga Jakarta masih memiliki kepercayaan besar terhadap kepemimpinan mereka. Kini, semua mata tertuju pada bagaimana peta koalisi akan terbentuk dan siapa yang akhirnya akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Dengan survei yang menunjukkan Anies Baswedan unggul sementara, dan Ahok sebagai pesaing terdekatnya, pertarungan ini akan sangat menarik untuk disimak. Dukungan partai dan strategi koalisi akan menjadi kunci dalam memenangkan hati warga Jakarta. Siapapun yang berhasil mendapatkan dukungan mayoritas, akan memimpin ibu kota dalam lima tahun ke depan.

Pos terkait