Musim Kemarau Picu Kekeringan: 17 Desa Lumajang Kekurangan Air Bersih

Musim kemarau yang melanda Lumajang telah menyebabkan krisis air bersih di 17 desa yang tersebar di tujuh kecamatan
Musim kemarau yang melanda Lumajang telah menyebabkan krisis air bersih di 17 desa yang tersebar di tujuh kecamatan

MERCUSUAR, Lumajang, 5 Agustus 2024 – Musim kemarau yang melanda Lumajang telah menyebabkan krisis air bersih di 17 desa yang tersebar di tujuh kecamatan. Dampak kekeringan ini semakin meluas dibandingkan tahun sebelumnya. BPBD Lumajang telah mengerahkan bantuan air bersih untuk membantu warga.

Musim kemarau yang sedang berlangsung di Lumajang menyebabkan 17 desa di tujuh kecamatan mengalami krisis air bersih. Kecamatan-kecamatan yang terdampak yaitu Tempeh, Gucialit, Padang, Kedung Jajang, Klakah, Randu Agung, dan Ranuyoso.

Bacaan Lainnya

Salah satu desa yang terdampak parah adalah Desa Jenggrong di Kecamatan Ranuyoso. Warga di desa ini sangat bergantung pada bantuan air bersih dari pemerintah. Suliana, seorang warga setempat, mengungkapkan betapa sulitnya mendapatkan air bersih. “Kalau musim kemarau seperti sekarang warga kesulitan air, untuk mandi ya harus ditakar biar hemat,” ujarnya pada Senin (5/8/2024).

BPBD Lumajang mencatat bahwa kondisi kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya. “Untuk wilayah yang mengalami kekeringan tahun ini, ada peningkatan menjadi tujuh kecamatan, untuk tahun sebelumnya hanya enam kecamatan,” ungkap Yudhi Cahyono, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lumajang, kepada detikJatim pada Senin (5/8/2024).

Untuk membantu warga memenuhi kebutuhan air bersih, BPBD Lumajang telah mengerahkan empat mobil tangki dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter. Mobil-mobil tangki ini terus melakukan dropping air bersih ke desa-desa yang terdampak. Bantuan ini sangat diandalkan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.

Selain itu, untuk mencuci pakaian, banyak warga yang terpaksa harus mencuci di sungai demi menghemat air bersih yang ada. Kondisi ini menunjukkan betapa parahnya dampak kekeringan yang dirasakan oleh masyarakat.

Krisis air bersih ini tidak hanya berdampak pada kesehatan dan kebersihan, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi bagi warga. Suliana dan warga lainnya berharap ada solusi jangka panjang yang bisa mengatasi masalah kekeringan di daerah mereka.

Pos terkait