Tralis Pendorong Kemajuan Ekonomi di Desa Jlamprang

Pekerja tralis jlamprang yang sedang memotong besi. Dok Bagus Mercusuar
Pekerja tralis jlamprang yang sedang memotong besi. Dok Bagus Mercusuar

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Desa Jlamprang sebuah kawasan yang dikenal sebagai pusat industri tralis yang 60% penduduknya ialah pengusaha tralis, Dengan keberadaan tralis sejak tahun 1995 desa ini telah mengalami perkembangan ekonomi yang signifikan, tidak hanya menguntungkan pemilik usaha tralis tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Tralis di Jlamprang merupakan bisnis yang sangat menjanjikan bagi warga Desa Jlamprang. Bisnis ini bisa sangat menguntungkan seperti kata Sudirman (48) pemilik usaha tralis di jlamprang

Bacaan Lainnya
Sudirman salah satu pemilik bengkel tralis di jlamprang. Dok Bagus Mercusuar
Sudirman salah satu pemilik bengkel tralis di jlamprang. Dok Bagus Mercusuar

“Bisnis ini sangat menjanjikan bagi warga Jlamprang, bisa mendapat untung yang besar dari bisnis ini. Saya ambil contoh seperti pembuatan halte bis yang berada di 5 titik, satu titiknya untung Rp 1,5 juta brarti 5 titik berada di keuntungan sekitar Rp 7,5 juta,” ujarnya.

Namun keuntungan tersebut juga di pengaruhi oleh lama waktu pengerjaannya karena pekerja tralis di bayar harian, jadi semakin cepat semakin banyak untung. Tralis di Jlamprang sendiri sudah merambah ke luar kota seperti tralis Sudirman yang sudah merambah ke Purwodadi,Grobogan, Panunggalan, Magelang, Purworejo, dan Jogja.

Keuntungan tralis ini sendiri sangat di pengaruhi oleh jenis pesanan, jenis bahan, ukuran besi, dan lama proses pembuatannya.

Penghasilan perbulan dari usaha tralis ini juga tidak bisa di perkirakan nominalnya karena, tralis sangat bergantung pada pesanannya.

“Kalau penghasilan Perbulan tidak bisa di perkirakan karena usaha tralis tidak setiap harinya ada pesanan, ujar bapak sudirman. Bisanya sebulan bisa membuat 5-10 pesanan Nah jadi untuk keuntungan sebulan tidak pasti tergantung oleh banyaknaya pesanan,” tambahnya.

Dengan adanya tralis di Desa Jlamprang ini, memang sangat mempengaruhi perekonomian di Jlamprang. Hal ini di karenakan tralis di jlamprang menjadi lapangan pekerjaan bagi para pemuda di Desa Jlamprang seperti yang di rasakan Zidna Alfitra (19) seorang pekerja tralis di bengkel tralis Sudirman.

Salah satu pekerja tralis di bengkel tralis Sudirman. Dok Bagus Mercusuar
Salah satu pekerja tralis di bengkel tralis Sudirman. Dok Bagus Mercusuar

“Sangat bagus di sini karena bisa membuka lapangan pekerjaan kepada anak muda seperti saya, pekerjaan ini tidak memerlukan ijazah ataupun memandang sekolah kita yang penting mau belajar dan mempunyai skill untuk membuat tralis” ungkap Zidna dalam wawancara tim mercusuar.

Selain menjanjikan keuntungan pada pemilik usaha, tralis juga menjanjikan buat para pekerjannya. Para pekerjanya sendiri biasanya mendapat upah tergantung dari apa yang mereka kerjakan, contohnya seperti pekerja Las biasanya di beri upah sebesar Rp100 ribu per hari, sedangkan pekerja bagian finishing biasanya di beri upah Rp80 ribu per hari.

“Kalau di sini tralis biasanya pekerjanya di bayar sesuai apa yang di kerjakan misalnya pekerja las biasanya di bayar Rp 100 rb per hari sedangkan pekerjaan finishing sendiri biasanya mendapatkan upah Rp 80 rb per hari,” tambah Zidna.

Selain keuntungan yang besar tralis juga memiliki hambatan seperti, uang yang macet dari sales.

Tralis di Jlamprang sendiri awalnya merupakan tralis cetak, yang sekarang sudah berinovasi menjadi tralis las. (bgs)

Pos terkait