MERCUSUAR.CO, Klaten – Desa Ponggok populer dengan objek wisatanya yakni Umbul Ponggok. Desa Ponggok terletak di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Tidak hanya objek wisata yang populer, Desa Ponggok mempunyai sejarah yang menarik. Desa Ponggok berasal dari desa- desa pada masa Mataram Kuno yang mempunyai air yang melimpah.
Dilansir dari situs ponggok.desa.id Minggu (20/8/2023), Ponggok artinya pusat, inti, sumber, jantung, sumber nunggak, kelestarian yang berkaitan dengan sumber air, sumber air yang tidak pernah habis, berguna buat meditasi serta sepuh tosan aji (senjata pusaka) dan pengobatan kuda ataupun kerbau (Sato Kewan dan Raja Kekayaan Jawa) tengah sakit.
Beberapa arca bahkan sudah ditemukan di kawasan Kapiler Umbul Sigegang (tidak jauh dari Umbul Ponggok). Temuan arca tersebut dianggap sebagai peninggalan dari era Majapahit ataupun Mataram kuno mengingat sejarah desa pada disaat itu (Wanua) tersebar di artefak candi Siwa.
Dari informasi arkeologi dan teks-teks kuno, asal usul desa Ponggok berarti tempat mengalirnya air yang melimpah dari bumi serta dari Gunung Merapi sebagai salah satu pusat kosmologi Jawa.
Air yang melimpah di Desa Ponggok jadi objek penjajahan Perusahaan Gula Hindia Timur Belanda. Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch memperkenalkan sistem budidaya atau budidaya pada tahun 1830 yang menjajah tanah di desa-desa di pulau Jawa buat kopi dan tebu.
Penjajahan Eropa mengakibatkan tergerusnya hak asal usul desa, yakni terhapusnya tanah Lungguh semenjak masa Pakualam V tahun 1877 di Surakarta dan tertekan oleh perluasan Eropa di perkebunan desa.
Pada tahun 1880-an, warga borjuis di Hindia Belanda menuntut privatisasi perkebunan serta pembedahan komersial. Sumber daya air yang melimpah di Ponggok tidak luput dari penjajahan serta privatisasi air untuk irigasi tebu, peternakan kuda, pendirian kantor perusahaan tebu atau tebu di dekat Umbul Ponggok (saat ini bagian dari Gedung SDN Ponggok), perkantoran (pondok-pondok) serta jalan kereta api tebu.
Borjuasi Hindia Belanda yang secara struktural mengeksploitasi Ponggok lewat kebijakan pajak pada Mei 1918, mengalami gerakan penghindaran pajak kolonial.
Insulinde, partai radikal Indo-Eropa, dan Haji Misbach (Serikat Islam Merah; Muslim- Komunis) mengorganisir petani di Banyudono, Ponggok, Delanggu dan Kartosuro buat menentang pajak kolonial pada awal abad ke-20. Gerakan tani ini dihancurkan oleh penjajah Belanda pada tahun 1920-an.
Saat ini Desa Ponggok sudah tumbuh menjadi desa yang mempunyai sejumlah objek wisata umbul ataupun kolam renang. Sebagai desa dengan banyak air, wisata di Umbul sesuai dengan profil desa.
Saat ini wisata umbul di desa Ponggok telah populer di golongan wisatawan, salah satunya merupakan Umbul Ponggok. Berkat wisata Umbulnya, Desa Ponggok bahkan jadi salah satu desa dengan pendapatan paling tinggi.