Sejarah Desa Bagelen, Inilah Pantangan Bagi Wargadesa

kompleks Petilasan Nyai Begelen Purworejo
kompleks Petilasan Nyai Begelen Purworejo

MERCUSUAR.CO Purworejo – Sejarah Desa Bagelen, sebagai cikal bakal Kabupaten Purworejo, tidak bisa dipisahkan oleh sosok Nyai Bagelen.

Siapakah Nyai Bagelen itu?

Bacaan Lainnya

Seperti yang dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Purworejo, Nyai Bagelen adalah istri dari penguasa Pagelen (kemudian menjadi Bagelen), Pangeran Jaka Awu-awu Langit.

Pasangan Nyai Bagelen dan Pangeran Jaka Awu-awu Langit mempunya dua anak perempuan kembar. Sedangkan Nyai Bagelen dan Pangeran Jaka Awu-awu hidupnya adalah menanam kedelai dan berternak sapi perah.

Pada hari Selasa Wage, Nyai Bagelen sedang menenun dan kedua anak kembarnya bermain tak jauh dari dirinya. Namun tiba tiba Nyai Bagelen merasakan ada yang mendekati dan semula dikira kedua anak kembarnya. Ternyata yang mendekati Nyai Bagelen adalah seekor sapi perah. Tentu saja Nyai Bagelen marah dan membunuh sapi perah itu.

Selain itu Nyai Bagelen ternyata menemukan kedua anak kembarnya telah meninggal dunia di dalam lumbung kedelai. Akibatnya Nyai Bagelen bertengkar dengan Pangeran Jaka Awu-awu. Pangeran Jaka Awu-awu kemudian memilih kembali ke daerah asalnya. Nyai Bagelen merasa sedih ketika mengetahui bahwa suaminya telah tiada.

Pantangan Masyarakat Desa Bagelen

Nah, ternyata ada pantangan bagi masyarakat Desa Bagelen Kabupaten Purworejo, seperti sumpah yang diucapkan Nyai Bagelen. Adapun pantangan bagi masyarakat Bagelen Kabupaten Purworejo adalah: tidak boleh menyembelih sapi, tidak boleh menanam kedelai, serta tidak boleh berpergian atau menggelar hajatan pada pasaran Wage, karena Wage menjadi hari yang naas.

Apakah pantangan tersebut masih dilakukan masyarakat Bagelen Kabupaten Purworejo hingga kini?

Ternyata pantangan itu masih dilakukan masyarakat Bagelen.

Pos terkait