MERCUSUAR.CO-Pada akhir perdagangan Selasa, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan seiring dengan adanya kenaikan data PMI Manufaktur ISM Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah ditutup dengan penurunan sebesar 23 poin atau 0,14 persen, menjadi Rp15.920 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.897 per dolar AS.
Menurut Reny Eka Putri, seorang ekonom dari Bank Mandiri yang diwawancarai oleh ANTARA di Jakarta pada hari Rabu, “PMI Manufaktur ISM AS juga mencatat peningkatan menjadi 50,3 pada bulan Maret 2024, naik dari 47,8 pada bulan Februari 2024, melebihi ekspektasi pasar sebesar 48,4.”
Data PMI Manufaktur ISM tersebut menunjukkan ekspansi pertama dalam sektor manufaktur setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan.
Selain itu, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal IV-2023 direvisi sedikit ke atas menjadi 3,4 persen. Ini menunjukkan kekuatan belanja konsumen dan ketahanan ekonomi AS, meskipun suku bunga tinggi. Kondisi ini menjadi pemicu negatif bagi pelemahan rupiah.
Bank sentral AS atau The Fed diproyeksikan tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate.
Di sisi lain, sentimen dalam negeri yang juga berdampak pada pelemahan rupiah adalah terkait dengan kenaikan inflasi di Indonesia. Inflasi pada bulan Maret 2024 naik sebesar 3,05 persen secara year on year (yoy), melampaui ekspektasi sebesar 2,91 persen (yoy).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari Rabu naik menjadi Rp15.923 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.934 per dolar AS.