Profil Abdul Mu’ti, Menteri Tulang Punggung Berubahnya Nasib Guru dan Pendidikan

mukti

Mercusuar, Jakarta– Menteri-menteri kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran telah diumumkan pada Minggu, 20 Oktober 2024, malam. Salah satu nama yang diumumkan adalah Abdul Mu’ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen). Siapa sangka jika tokoh Muhammadiyah ini merupakan pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah.
Dilansir berbagai sumber, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan salah satu pecahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian tersebut dipecah menjadi tiga kementerian baru, yaitu Kementerian Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Kementerian Kebudayaan.

Abdul Mu’ti lahir di Kudus pada 2 September 1968. Ia merupakan tokoh penting dalam Muhammadiyah dan dikenal sebagai seorang pendidik. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Abdul Mu’ti melanjutkan studinya ke IAIN Walisongo Semarang, di mana ia meraih gelar Sarjana (S1) pada tahun 1991. Di perguruan tinggi ini, ia mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pendidikan Islam, yang membekalinya untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan di masa depan.

Bacaan Lainnya

Kemudian, ia melanjutkan studi ke Flinders University of South Australia, di mana ia memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Ed) pada tahun 1998. Pendidikan lanjutan ini memberikan wawasan baru mengenai teori dan praktik pendidikan yang lebih modern dan relevan.

Setelah itu, Abdul Mu’ti kembali ke Indonesia dan melanjutkan studinya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sini, ia berhasil meraih gelar Doktor (S3) pada tahun 2008. Gelar ini menandai puncak dari perjalanan akademisnya dan memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh penting dalam pendidikan Islam di Indonesia.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abdul Mu’ti saat ini menjabat sebagai guru besar di Program Studi Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kapasitasnya sebagai dosen, ia mengajarkan pentingnya nilai-nilai pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Dengan pengalaman akademis yang luas, ia berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sebagai akademisi, Abdul Mu’ti menerbitkan banyak karya yang mengangkat isu toleransi dan pluralisme. Karyanya, seperti ‘Toleransi Otentik’ dan ‘Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama Dalam Pendidikan’, menjadi referensi penting dalam memahami hubungan antarumat beragama di Indonesia. Ia aktif dalam seminar dan konferensi untuk membagikan pengetahuannya dan mendorong diskusi yang konstruktif mengenai pendidikan dan kerukunan antaragama.

Dalam pengajaran, Abdul Mu’ti berkomitmen untuk mempersiapkan mahasiswa agar mampu berkontribusi pada masyarakat. Ia mendorong mahasiswa untuk memahami dan menghargai perbedaan dalam konteks keagamaan. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan mendukung keberagaman.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah
Abdul Mu’ti menjabat sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak tahun 2010-2015, kemudian dilanjutkan pada periode 2015-2022, dan kembali menjabat untuk periode 2022-2027. Dalam perannya ini, ia mengelola berbagai program dan kegiatan organisasi.

Sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti berfokus pada pengembangan kebijakan yang mendukung visi Muhammadiyah. Ia aktif berkomunikasi dengan anggota organisasi untuk memastikan keterlibatan mereka dalam setiap program.

Jauh sebelum menduduki posisi ini, Abdul Mu’ti aktif PP Muhammadiyah sejak tahun 2000. Jabatan pertamanya adalah sebagai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah untuk periode 2000-2002. Setelah itu, ia menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dari tahun 2002 hingga 2006.

Selanjutnya, Abdul Mu’ti menjabat sebagai Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah dari tahun 2005 hingga 2010. Dalam menjalankan amanah ini, ia berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah.

Menjabat sebagai Ketua Umum ICRP
Saat ini, Abdul Mu’ti menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Conference of Religion and Peace (ICRP) untuk periode 2023-2028. Dalam perannya ini, ia berkomitmen untuk mempromosikan dialog antaragama dan kerukunan di Indonesia. ICRP berfokus pada upaya menjaga harmoni di tengah keberagaman masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama.

Sebagai Ketua Umum, Abdul Mu’ti sering mengadakan berbagai forum dan acara yang melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Ia percaya bahwa kolaborasi antar umat beragama sangat penting dalam membangun Indonesia yang damai dan sejahtera.

Kontroversi Abdul Mu’ti
Abdul Mu’ti sempat menjadi sorotan publik terkait istilah ‘Kristen Muhammadiyah’ atau KrisMuha. Ia menjelaskan bahwa istilah ini bukan merupakan penggabungan akidah, melainkan menggambarkan kedekatan antara warga Kristen dan Muhammadiyah. Menurutnya, KrisMuha adalah varian sosiologis yang mencerminkan hubungan sosial yang terjalin antara kedua komunitas tersebut.

Mu’ti menekankan bahwa mereka yang disebut KrisMuha tetap memegang teguh keyakinan Kristen mereka. Mereka tidak menjadi anggota Muhammadiyah, melainkan simpatisan yang menghargai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh organisasi ini. Hal ini menunjukkan peranan Muhammadiyah dalam membangun kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Kontroversi ini memicu banyak diskusi dan tanggapan di masyarakat. Abdul Mu’ti berusaha untuk menjelaskan bahwa KrisMuha tidak berarti adanya sinkretisme agama, melainkan sebuah bentuk interaksi yang positif antara dua komunitas yang berbeda. Dengan pendekatan ini, ia berharap dapat mengurangi ketegangan yang mungkin timbul dan memperkuat semangat toleransi di masyarakat.

Pos terkait