MERCUSUAR.CO, Banjarnegara – Penjabat Bupati Banjarnegara, Muhammad Masrofi, mengatakan meski mengalami tren penurunan, prevalensi stunting pada balita di Banjarnegara belum mencapai target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024. Berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 23,3 persen turun menjadi 22,2 persen (SSGI, 2022) dan 19,9 persen (Survei Kesehatan Indonesia 2023).
Untuk itu diperlukan berbagai strategi dan upaya agar tujuan percepatan penurunan stunting dapat dicapai. Masrofi mengatakan, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini masalah kesehatan pada ibu hamil, balita, dan calon pengantin. Diharapkan dapat menjadi langkah penapisan pertama di tingkat masyarakat yang dilaksanakan melalui Posyandu.
“Saat ini sebagian besar Posyandu telah dilengkapi dengan alat antropometri terstandar dan ditunjang dengan kader yang kompeten, sehingga diharapkan makin memudahkan kinerja petugas dalam upaya pencegahan dan deteksi dini pada balita,” kata Masrofi pada acara Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Kabupaten Banjarnegara tahun 2024 di Desa Situwangi, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, Rabu (19/6/2024).
Masrofi menambahkan, gerakan pengukuran dan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor dan lintas program di tingkat kabupaten, puskesmas, hingga desa. Intervensi ini dilakukan serentak agar dapat menyisir seluruh sasaran dan melakukan intervensi yang sesuai standar agar hasil yang didapatkan akurat dan cakupan layanan yang diterima oleh sasaran meningkat.
“Gerakan ini dilakukan dalam berbagai rangkaian aksi bersama seperti pendataan, pendampingan, penimbangan, pengukuran, edukasi, validasi, dan intervensi bagi ibu hamil, balita, dan calon pengantin secara berkelanjutan,” lanjutnya.
Lebih lanjut Masrofi menjelaskan, salah satu intervensi yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal. PMT lokal di Kabupaten Banjarnegara diberikan kepada 2.028 ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK), 4.056 balita gizi kurang, 3.000 balita dengan berat badan kurang, serta 7.000 balita yang tidak naik berat badannya.
“Anggaran PMT lokal di Banjarnegara sebesar Rp 5.212.918.000,- berasal dari DAK Non Fisik Kementerian Kesehatan dan Rp 6.986.400.000,- berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah,” tambahnya.
Masrofi juga berharap melalui gerakan pengukuran dan intervensi serentak diharapkan 100% sasaran ibu hamil, balita, dan calon pengantin mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan seperti deteksi dini dan edukasi, serta intervensi bagi ibu hamil, balita, dan calon pengantin yang mengalami masalah gizi.
“Ini semua dilakukan dalam rangka mencegah munculnya kasus stunting baru sehingga Banjarnegara bebas stunting dapat segera terwujud,” tambahnya.
Sementara Kepala Desa Situwangi, Sutrino, mengatakan berdasarkan data dari Posyandu desanya, terdapat 41 anak menderita stunting atau 10 persen dari jumlah balita di Desa Situwangi sebanyak 462. Mereka yang menderita stunting kebanyakan karena kurang gizi, serta banyaknya warga yang melakukan nikah muda sehingga belum berpengalaman dalam penanganan balita. Faktor lainnya adalah faktor ekonomi dan faktor genetika.
“Kami terus berupaya mengurangi angka stunting dengan pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak-anak setiap satu bulan sekali. Kami juga mengedukasi atau memberikan pemahaman kepada masyarakat dan kader posyandu setiap acara umum maupun pengajian, agar stunting tidak ada lagi di desa kami,” katanya. (ahr)