Mercusuar.co, Wonosoobo – Desa wisata di Wonosobo diminta untuk meningkatkan kreativitas serta kolaborasi agar lebih maju. Sebanyak 15 desa wisata di Wonosobo akan diproyeksikan menjadi desa wisata berkembang pada tahun depan. Pengelola desa wisata harus paham tentang sapta pesona pariwisata.
Sekretaris Daerah One Andang Wardoyo meminta desa-desa di Wonosobo yang mendefinisikan diri sebagai desa wisata, baik yang sudah ditetapkan maupun tengah berproses jadi desa wisata untuk meningkatkan kolaborasi dan kreativitasnya. Hal ini bisa menjadikan desa-desa tersebut lebih maju, mandiri dan berkualitas.
“Kami tidak ingin desa wisata hanya berlomba mencari bantuan keuangan saja, namun tak mampu memanfaatkan investasi dari pemerintah sebaik-baiknya dan seproduktif mungkin. Selain itu juga harus kompak dan bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah desa dan pihak-pihak lain,” tutur Andang pada saat membuka Pelatihan Tata Kelola Desa Wisata Kabupaten Wonosobo di Dewani Resto and View beberapa waktu lalu.
Pada saat yang sama Kepala Disparbud Agus Wibowo menjelaskan Pelatihan Tata Kelola ini merupakan kegiatan yang didukung oleh Kemenparekraf RI melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Tahun 2020. Pelatihan dilaksanakan selama enam hari, yakni 21 hingga 26 November oleh 29 desa wisata.
“Pesertanya adalah 50 persen dari desa wisata yang terdata per Oktober 2022 yang berjumlah 56 desa dan satu kampung wisata. Masing-masing desa diwakili oleh tiga orang sehingga secara keseluruhan mencapai 87 orang dan terbagi menjadi du batch,” kata Agus.
15 Desa Wisata Rintisan
Agus menambahkan, 15 di antara 29 desa wisata merupakan desa wisata rintisan yang telah didampingi Disparbud pada 2022. Mereka akan diproyeksikan untuk naik strata menjadi desa wisata berkembang. Sementara dari 15 desa rintisan wisata tersebut, tujuh desa masuk nominasi 500 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADW)I, yakni Desa Wisata Sembungan Kejajar, Igirmranak Kejajar, Giyanti Kadipaten Selomerto, Reco Kertek, Ropoh Kepil, Mergolangu Kalibawang dan Kumejing Wadaslintang.
“Dan dari 7 desa tersebut, satu desa berhasil ditetapkan sebagai Juara 1 Nasional Desa Wisata Kategori Rintisan setelah dinyatakan lolos 50 Besar Desa Wisata Terbaik. Kemudian menempuh proses penilaian secara langsung serta dikunjungi Menparekraf pada awal Juli lalu yaitu Desa Wisata Sembungan Kejajar,” terang Agus.
Kabid Pemasaran Disparbud Fatonah Ismangil menekankan para pengelola desa wisata harus paham benar tentang sapta pesona pariwisata. Selain itu juga soal aspek-aspek pengembangan pariwisata, dan regulasi tengang tata kelola desa wisata. “Setelah pelatihan ini akan dilakukan penandatanganan pakta integritas sehingga apa yang sudah diperoleh dalam pelatihan ini harus ditindaklanjuti serta diterapkan, dan akan dimonitor serta dievaluasi secara periodik. Sehingga pelatihan ini tidak akan sia-sia,” pungkas Fatonah.