WONOSOBO, Mercusuar.co – Warga desa Jojogan Kecamatan Kejajar membuat inovasi baru berupa Alat Pembakar Sampah Organik dan Anorganik (Apsonik) yang kini menjadi salah satu solusi peningkatan sampah yang ada di desa-desa khususnya desa Jojogan.
Alat pengola sampah ini sangat efektif untuk mengurangi residu pengiriman sampah ke TPA Wonorejo yang saat ini sudah mengalami overload.
Dijelaskan oleh Kepala Desa Jojogan Nadhiratun Munawaroh bahwasanya setelah ditemukanya alat ini desa Jojogan sudah tidak lagi membuang sampah ke TPA Wonorejo yang dahulunya bisa membuang hingga 4 Ton per minggunya.
“Sebelum memiliki alat pembakar sampah ini, kami setiap tahunnya menganggarkan hingga 40 Juta hanya untuk membuang sampah ke TPA Wonorejo,” jelasnya kepada Mercusuar.co di kantor Kepala Desa Jojogan (15/5).
Walaupun belum sempurna, imbuhnya, Apsonik sudah mampu menompang pengelolaan sampah dan menekan anggaran pembuangan sampah di desanya.
Selain itu, jelas dia, Apsonik menjadi salah satu alat untuk mendukung peraturan pemerintah tentang pengurangan residu buangan sampah yang masuk ke TPA.
“Apalagi saat ini ada peraturan terkait pembuangan sampah ke TPA Wonorejo yang dikurangi hingga 50%. Jadi kami berupaya dengan warga untuk mencari solusi baru agar tidak lagi membuang sampah ke TPA Wonorejo,” pungkasnya.
Pembuat alat Apsonik asal desa Jojogan, Sukoco menjelaskan, alat ini dibuat untuk mengatasi penumpukan sampah di desa Jojogan yang kian hari mengalami penigkatan. Selain itu agar warga sekitar tidak lagi membuang sampah di sungai.
Cara Kerja Apsonik

Untuk pengoprasianya, lanjunya, selagi menunggu kiriman sampah dari warga Sukoco memanaskan oli dan menaruh air di ketel penguapan hingga menghasilhan dorongan api yang sangat besar.
“Sistemnya hampir sama seperti oven, sampah yang masuk kedalam drum dibakar hingga mencapai 600 derajat celcius yang menjadikan sampah tersebut terbakar hingga manjadi abu,” Jelasnya.
Keunggulan Apsonik ini, imbuhnya, dalam sekali pembakaran bisa membakar hingga 2 kwintal dan sampah apapun bisa masuk di pengolahan ini tanpa ada pemilahan sampah.
Setelah itu abu sisa dari pembakaran sampah biasanya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dijadikan sebagai penetralisir tanah yang ditaburkan di bentengan tanaman kentang.
Alat yang di sediakan saat ini ada 5 unit yang sudah terbagi di setiap Rt di desa Jojogan. Dengan pengoprasian sesuai dengan prosedur tiap Rt, diharapkan dapat mengurangi pembuangan sampah ke TPA dan warga desa Jojogan tidak lagi membuang sampai di sungai (bio)