Warga Desa Borobudur Menolak Kremasi Murdaya Poo

murdaya poo 1744017875199 169

Mercusuar, Jakarta — Warga Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menolak rencana kremasi jasad pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyamimarta Poo alias Murdaya Poo.
Pemkab Magelang sudah melakukan mediasi yang dihadiri kepala dusun dan berbagai pihak, namun belum ada kesepakatan.

“Pada tanggal 2 April beliau (Ketua DPD Walubi Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono) rawuh di gubuk (datang ke rumah) saya. Yang berkaitan dengan wacana mau (mengadakan) ngaben versi umat Buddha. Intinya disampaikan seperti itu,” kata Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Desa Borobudur, Maryoto mengutip detikcom, Rabu (16/4).

Bacaan Lainnya

“Dan itu (ngaben) bisa iya, bisa tidak. Dikarenakan baru wacana. Intinya, pembahasan sampai di situ,” sambungnya.

Setelah itu, Maryoto menyampaikan hasil pembicaraannya kepada warga Ngaran 2 RW 6.

“Pada hari Kamis (3/4), saya di-WA Ketua RT 02 yang berlokasi di tempatnya (rencana kremasi). Yang memberitahukan sudah disurvei sama (petugas). Baru wacana kok (Ketua DPD Walubi Jawa Tengah) Pak Tanto ke mana-mana, sudah sampai Polsek,” ujarnya.

Selanjutnya pada, Senin (7/4) malam, pertemuan dengan tokoh masyarakat digelar. Dalam pertemuan tersebut disepakati penolakan rencana kremasi. Kemudian, penolakan warga perihal kremasi diteruskan kepada Walubi pusat dengan tembusan Walubi Jawa Tengah.

“Di situ baru muncul bahwa kremasi itu hanya untuk mengkremasi Pak Murdaya Poo, yang meninggal, Senin (7/4) siang. Kita baru dapat info di situ (pertemuan). Akhirnya perkembangan ini disepakati ramai-ramai berarti menolak semuanya,” tegasnya.

“Intinya bahwa tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan seluruh masyarakat yang hadir malam itu menyepakati bahwa tidak ada ngaben versi umat Buddha dan kremasi. Malam itu, disepakati membuat surat yang diketahui (ditandatangani seluruh) Ketua RT, mengetahui Kepala Desa dan Bapak Camat. Intinya, kita menolak wacana tempat ngaben versi umat Buddha dan kremasi,” katanya.

Kemudian dilanjutkan pertemuan pada Selasa (15/4) malam yang dihadiri tokoh masyarakat serta pemuda. Dalam pertemuan tersebut warga kembali bersepakat menolak pelaksanaan kremasi dilangsungkan di wilayah Ngaran.

“Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak,” ujarnya kepada awak media usai pertemuan.

“(Alasan lain) Intinya kan adat budayanya. Bahwa (permukiman) Muslim semua, nanti takutnya timbul unsur SARA. Kita hindari itu, jangan sampai menjadi hal itu,” ujarnya.

Soal usulan di Bukit Dagi, katanya, pihaknya akan mendorong.

“Monggo silakan (di Bukit Dagi). Dan warga akan tetap mendukung. Enggak masalah,” kata Maryoto.

Pos terkait