Soto Golak Kuliner Unik Di Masa Paceklik Wonosobo

Soto Golak Dok. Mercusuar
Soto Golak Dok. Mercusuar

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Jika Anda bertanya tentang kuliner yang paling mewakili Indonesia, soto mungkin akan menjadi pilihan saya. Indonesia terkenal dengan berbagai jenis soto yang unik dari berbagai daerah, seperti soto Sokaraja dengan sambal kacangnya dan soto Betawi yang kaya akan santan.

Di Wonosobo, terkenal dengan mi ongklok, tetapi ada juga varian soto yang kurang dikenal namun kaya akan nilai sejarah, yaitu soto golak.

Bacaan Lainnya

Ciri khas soto di Wonosobo umumnya meliputi penggunaan mi bihun atau yang sering disebut mi putih oleh warga setempat, serta daging sapi atau ayam. Soto golak, bagaimanapun, berbeda karena tidak disajikan dengan nasi, ketupat, atau lontong sebagai sumber karbohidratnya, melainkan golak.

Golak adalah olahan dari singkong yang diparut dan diproses dengan direbus untuk menghilangkan patinya. Setelah dingin, singkong tersebut ditumbuk hingga lembut dan empuk, lalu dibiarkan semalaman sebelum dipotong dan digoreng.

Menurut sejarah, soto golak muncul sekitar tahun 1950 selama periode paceklik. Ketika beras sulit ditemukan, masyarakat beralih ke singkong sebagai pengganti karbohidrat. Kebetulan, seorang penjual soto sapi di Pasar Kaliwiro mencoba menggabungkan golak dengan sotonya, yang ternyata meningkatkan kenikmatan hidangan tersebut.

Ada bahkan kisah tentang seorang pelanggan yang tidak ingin membeli soto jika penjual golak sedang libur, menunjukkan betapa serasinya kombinasi kedua komponen ini.

Soto golak biasanya diisi dengan taoge, bihun, kacang goreng, seledri, kacang, kubis cincang, wortel iris tipis, irisan daging, dan golak. Hidangan ini cocok bagi mereka yang ingin mencoba karbohidrat alternatif atau yang sedang mengurangi asupan kalori tetapi tetap ingin kenyang.

Meski tidak sepopuler mi ongklok, soto golak tetap memiliki penggemarnya. Salah satu tempat yang menjual soto golak di Wonosobo berada di Jl. Kiai Walik Jlegong. Harga satu porsi soto ini relatif terjangkau, sekitar Rp20.000, yang tidak jauh berbeda dengan harga sebungkus rokok mild.

Soto golak mengajarkan bahwa bahkan dalam masa sulit sekalipun, kita masih bisa menemukan kesenangan, mirip dengan bagaimana sate kere, yang dulu dianggap makanan kaum melarat, kini menjadi kuliner populer.

Pos terkait