MERCUSUAR.CO, Brebes – Desa Karangsambung, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merupakan sebuah pemukiman yang unik dan penuh dengan sejarah. Awalnya, Desa Karangsambung adalah bagian dari hutan yang terletak di kawasan Negeri.
Sejarah Desa Karangsambung tidaklah terpisahkan dari kisah dua daerah yang dulunya dikenal sebagai Cilutung dan Cihoe, yang dipisahkan oleh hutan yang lebat. Cilutung dan Cihoe, berbatasan dengan sungai Cisanggarung, diberi awalan “Ci” mengacu pada lokasinya.
Cilutung, secara etimologis, mengambil nama dari keberlimpahan hewan Lutung (sejenis kera), sementara Cihoe didominasi oleh pohon rotan (dalam bahasa Sunda, “Hoe” berarti rotan).
Namun, suatu saat, kedua daerah tersebut menghadapi banjir besar yang disebabkan oleh meluapnya sungai Cisanggarung. Penduduk dari kedua daerah itu kemudian mengungsi ke hutan di antara mereka yang tidak terkena dampak banjir.
Hutan tempat mereka berlindung tersebut kemudian diberi nama Wanasaba (Wana = Hutan, Saba = Singgah), yang menggambarkan hutan tempat perlindungan bagi mereka saat banjir.
Menurut legenda lain, di masa lalu, Dusun Karangsambung masih dipenuhi pepohonan ketika seorang prajurit sakti dari Kerajaan Pajajaran mencari perlindungan di sana. Prajurit tersebut merupakan pelarian yang dikejar oleh pasukan dari Pangeran Kian Santang, putra dari Prabu Siliwangi. Kisah ini menandai kedatangan seorang prajurit setia Prabu Siliwangi ke desa ini.
Dengan perjalanan waktu, Cilutung dan Cihoe bersatu dan membentuk sebuah desa yang disebut Desa Karangsambung (Karang: Tanah Pekarangan, Sambung: Menyambung). Hal ini mencerminkan penggabungan beberapa pedukuhan atau dusun, termasuk Dusun Karangsambung, Dusun Wanasaba, Dusun Karanganyar, dan Dusun Cihoe, menjadi satu kesatuan yang utuh.
Desa ini adalah cerminan dari keragaman sejarah dan budaya, serta perpaduan harmonis antara masa lalu dan masa kini yang terus berkembang.
