MERCUSUAR.CO, Brebes – Desa Kalinusu salah satu desa diwilayah sebelah barat Desa Bumiayu, yang merupakan ibukota kecamatan. Desa ini berjarak sekitar 7 kilometer dari Bumiayu, dan dibelah oleh dua aliran sungai, yakni Sungai Keruh dan Pemali.
Merupakan salah satu desa terluas di Kabupaten Brebes, desa ini sudah ada sejak masa kerajaan dulu kala. Sejarah nama desa ini yang wilayahnya didominasi hutan dan sawah tersebut, konom berasal dua suku kata, kali dan nusu.
Jika diartikan masing-masing katanya, kali berarti sungai, sedangkan nusu adalah menyusui. Gabungan dua suku kata tersebut, dari sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu yang berkembang dari mulut ke mulut bisa diartikan sungai untuk menyusui.
Sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu
Jika menilik nama salah satu pedukuhan di Desa Kalinusu, yakni Kuta Galuh, desa ini konon berkaitan erat dengan Keberadaan Kerajaan Galuh Purba. Dari banyak cerita yang berkembang di masyarakat, kerajaan tersebut berada di lereng Gunung Slamet sekitar abad 6-7 Masehi.
Bahkan tak sedikit pula yang menyebut bahwa kerajaan tersebut menjadi nenek moyang dan cikal bakal Kerajaan Galuh Sunda atau Pajajaran. Apalagi kawasan hutan yang luasnya mencapai sekitar 1.850 hektare itu, adalah merupakan titik perlintasan antara hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sedangkan saat masa perang geriliya, di daerah ini juga menjadi lokasi yang cukup strategis sebagai daerah pertahanan. Sehingga tidaklah mengherankan, jika Desa Kalinusu juga terkenal sebagai basis perjuangan geriliya para pejuang kemerdekaan mulai zaman perang Diponegoro, perang 1945, dan DI/TII.
Nah, dari sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu yang panjang itu, hingga kini pun wilayahnya masih kerap dijadikan tempat untuk lokasi latihan militer. Selain masa kemerdekaan, perkembangan Desa Kalinusu juga tidak bisa dipisahkan dari peranan dan perjuangan Ki Suradipa.
Yaitu seorang tokoh pejuang (kiai) dan petani di awal abad 20 atau sekitar tahun 1917-an. Ki Suradipa lah yang menginisiasi perjuangan membangun irigasi bersama-sama masyarakat sekitar sepanjang 7 km, untuk mengairi sawah para petani seluas kira-kira 500 hektare.
Sehingga sudah sejak dulu, Desa Kalinusu dikenal sebagai desa tempuran, yang berarti tempat untuk membeli beras warga desa-desa di sekitarnya. Sayangnya kendati dikenal sebagai sentra beras, namun infrastruktur penunjang jalur distribusinya masih minim.
Warga Desa Kalinusu juga mempunyai tradisi unik sebagai sarana pemersatu warga, yakni Muludan setiap malam 12 Rabiul Awal. Dalam acara ini hadiri para sesepuh, tokoh, dan masyarakat desa di depan halaman Pemakaman Ki Suradipa seluas sekitar 2 hektare.
Selain merupakan bagian dari sejarah Desa Kalinusu di Brebes, acara tersebut juga menjadi pengingat supaya pertanian tetap dijaga sesuai dengan ajaran Islam.