RS Bhina mengalami kerugian hingga 1 miliar rupiah setiap bulannya, menimbulkan dilema bagi pendukung Vivit-Umam.
REMBANG, MERCUSUAR.CO – Rembang, Pada 17 Oktober 2024, RS Bhina Bhakti Husada meluncurkan Bangsal Psikiatri “KRESNA”.
Dengan angka kerugian yang mencapai 1 miliar rupiah setiap bulan, langkah pembukaan Bangsal ODGJ ini tampaknya lebih merupakan tindakan panik untuk menutupi masalah manajerial yang ada, ketimbang solusi nyata untuk isu kesehatan mental yang semakin mendesak.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Komisaris Utama Bhina Karya Husada, Adna Tukiman, dan Direktur RS Bhina Bhakti Husada. Meskipun acara berlangsung, realitas bahwa rumah sakit ini tengah berjuang untuk bertahan tetap tak dapat disembunyikan.
Dalam sambutannya, Joko, pengelola Panti Sosial Kesehatan Jiwa (ODGJ), menyampaikan harapannya agar bangsal ini dapat membantu pasien yang kambuh. “Kami sangat terbantu jika ada salah satu pasien yang kumat,” ujarnya. Namun, pernyataan ini justru menyoroti kelemahan RS Bhina Karya Husada yang sebelumnya bergantung pada rumah sakit di Semarang dan Solo untuk perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa rumah sakit ini belum mampu memberikan layanan kesehatan mental yang memadai di wilayahnya.
Direktur RS Bhina Bhakti Husada juga mengungkapkan keprihatinan yang mendalam. “Saya pernah mendengar cerita yang cukup miris, yaitu ada anak yang ditelantarkan orang tuanya hingga jasadnya pun tidak terurus,” katanya, menggambarkan dampak serius dari masalah kesehatan mental yang terabaikan.
Ia menegaskan bahwa kondisi mental seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi. “Bangsal Psikiatri di RS Bhina Karya Husada dilengkapi dengan dua dokter psikiatri dan tralis besi untuk berjaga-jaga,” tambahnya, menandakan bahwa rumah sakit ini belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan yang ada.
Sementara itu, Komisaris Utama Bhina Karya Husada, Adna Tukiman, meresmikan bangsal ini dengan harapan dapat memberikan dampak positif. “Gejala-gejala kesehatan jiwa yang bermasalah harus segera diperiksa di RS Bhina Bhakti Husada agar mendapat penanganan yang tepat,” jelasnya.
Namun, harapan ini tampak hanya menjadi penutup luka bagi institusi yang terpuruk. Pembukaan bangsal ini, meski terlihat positif, sebenarnya mencerminkan upaya untuk menyelamatkan institusi yang terjebak dalam masalah yang lebih besar.
Acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan peninjauan lokasi Bangsal Psikiatri. Namun, di balik momen tersebut, tersimpan kekhawatiran bahwa langkah ini hanyalah tindakan darurat untuk mempertahankan citra RS Bhina Karya Husada di tengah kerugian yang terus membesar.
Dalam analisis akhir, meskipun pembukaan bangsal psikiatri ini bisa dianggap langkah positif untuk penanganan kesehatan mental, kenyataannya adalah bahwa tindakan ini lebih mencerminkan kondisi darurat dan ketidakmampuan manajemen rumah sakit dalam menghadapi tantangan yang ada.
Masyarakat berharap agar pembukaan bangsal ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi masalah kesehatan mental di Kabupaten Rembang. Namun, dengan latar belakang kerugian yang mengkhawatirkan, kepercayaan publik terhadap RS Bhina Karya Husada mungkin akan sulit untuk dipulihkan.
Vivit, yang mencalonkan diri sebagai cabup Rembang 2024, sering mempromosikan RS Bhina dengan cek kesehatan gratis selama kampanye. Namun, kini ia menghadapi keraguan dari pendukungnya terkait stabilitas keuangan Bhina Group, yang merupakan bagian dari keluarganya. [dm]