Realita Tersembunyi SD Al-Jannah: Apa yang Tidak Diketahui Pendukung Vivit

program pendidikan vivit umam sd aljannah mercu
filter: 0; jpegRotation: 0; fileterIntensity: 0.000000; filterMask: 0;

Di balik citra Vivit sebagai sosok peduli pendidikan, terdapat kenyataan pahit di SD Al-Jannah terkait kesejahteraan para guru.

REMBANG, MERCUSUAR.COM – Vivit sering dipuji oleh pendukungnya di media sosial sebagai sosok yang sangat memperhatikan pendidikan. Mereka dengan bangga menceritakan tentang SD Al Jannah, sekolah milik Vivit, yang mereka klaim sebagai bukti nyata komitmennya dalam memajukan pendidikan di daerah.

Bacaan Lainnya

Vivit digambarkan sebagai tokoh visioner yang tidak hanya memberikan janji, tetapi juga beraksi melalui berbagai program inovatif yang dikatakan dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak bangsa.

Para pendukungnya memuji pengelolaan sekolah yang konon penuh perhatian, di mana setiap aspek dijalankan dengan dedikasi yang tinggi.

Awalnya, SD Al Jannah dikenal dengan nama SDIT Bias Full Day School. Jika dicari di Facebook, nama SDIT Bias masih dapat ditemukan. Sekarang, sekolah tersebut telah beralih dari status franchise menjadi SD Al Jannah Full Day School.

Pendukung Vivit menganggap SD Al Jannah sebagai contoh pendidikan ideal, tempat di mana anak-anak menerima pendidikan berkualitas dalam lingkungan yang mendukung perkembangan karakter dan intelektual.

Namun, di balik semua pujian dan narasi positif yang dihembuskan para buzzer, kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda.

Investigasi mendalam mengungkap kondisi yang jauh dari citra sempurna yang selama ini dibangun oleh pendukungnya.

Banyak dari mereka mungkin tidak menyadari bahwa di dalam SD Al Jannah terdapat sejumlah masalah yang memerlukan perhatian serius, mulai dari beban biaya pendidikan hingga kesejahteraan karyawan yang belum sepenuhnya terjamin.

Sebenarnya, informasi ini bukanlah rahasia. Para guru dan orang tua siswa mengetahui apa yang kami teliti.

Transformasi dan Struktur Kepegawaian

Daftar isi

SD Al Jannah, yang sebelumnya dikenal sebagai SDIT BIAS, telah mengalami transisi dari sekolah franchise menjadi lembaga dengan branding sendiri. Saat ini, sekolah tersebut mempekerjakan 26 karyawan, termasuk guru freelance. Namun, struktur kepegawaian ini menghadapi tantangan terkait kesejahteraan dan manajemen.

Perlu dicatat bahwa menjadi guru di sekolah swasta adalah sebuah pilihan.

Beban Biaya Pendidikan

Orang tua siswa di SD Al Jannah harus menanggung biaya pendidikan yang cukup besar. Pembayaran SPP mencapai Rp 900.000 per bulan, yang dirinci sebagai berikut:

– Rp 350.000 untuk infaq wajib
– Rp 350.000 untuk makan
– Rp 50.000 untuk sanitasi
– Rp 50.000 untuk kesehatan
– Rp 100.000 untuk ekstrakurikuler (wajib memilih dua ekskul)

Selain itu, ada biaya infrastruktur sebesar Rp 1.775.000 per semester.

Bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak di sekolah ini, biaya infrastruktur untuk anak kedua dan seterusnya akan dikurangi Rp 600.000, tetapi tetap menjadi beban yang cukup signifikan.

Kesejahteraan Guru dan Karyawan

Perhatian terhadap kesejahteraan karyawan di SD Al Jannah juga sangat penting. Gaji yang diterima oleh berbagai posisi adalah sebagai berikut:

– Admin: Rp 950.000 + Rp 300.000
– Guru: Rp 1.050.000 – Rp 1.100.000, dengan tambahan Rp 1.500 per murid yang diajar
– Kepala Sekolah: Rp 2.000.000
– Penjaga malam: Rp 2.000.000 (termasuk tugas kebersihan)
– Penjaga siang: Rp 1.800.000

Jika kita ambil contoh di suatu kelas dengan 15 siswa dan diajar oleh 2 guru, maka tambahan gaji dihitung dengan cara Rp 1.500 dikalikan jumlah murid, yang kemudian dibagi 2 guru. Ini menunjukkan seberapa besar beban kerja yang harus ditanggung oleh para pengajar.

Walaupun terdapat kenaikan gaji tahunan, muncul pertanyaan mengenai keseimbangan antara gaji yang diterima dan beban kerja yang harus dipikul oleh para karyawan.

Layanan Kesehatan

SD Al Jannah mengandalkan dokter dan perawat dari Puskesmas 2 Rembang untuk layanan kesehatan. Meskipun ini merupakan pilihan terdekat, hal ini menimbulkan keraguan mengenai kualitas layanan kesehatan yang disediakan untuk siswa dan staf.

Meskipun Vivit sering kali mempromosikan program peduli pendidikannya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa SD Al Jannah menghadapi sejumlah tantangan serius. Beban biaya pendidikan yang tinggi dan kesejahteraan karyawan yang belum optimal adalah isu yang perlu mendapat perhatian lebih. Jika tidak ada solusi konkret untuk mengatasi tantangan ini, komitmen Vivit terhadap pendidikan bisa dipertanyakan oleh masyarakat.

Fakta-fakta ini menantang narasi indah yang selama ini disampaikan, menyoroti perbedaan mencolok antara citra publik dan realitas yang ada. [dm]

Pos terkait