Mercusuar, Jakarta– Sejumlah kiai memunculkan wacana menggelar Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama. Bahkan mereka sudah melakukan konsolidasi. Upaya tersebut dilakukan di Cirebon, beberapa waktu lalu. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merespons adanya usulan Muktamar Luar Biasa tersebut.
Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi mengatakan wacana menggulirkan Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama itu hanya manuver segelintir orang saja. “Tidak mungkin terjadi,” katanya saat dihubungi Selasa (10/9).
Pria yang akrab disapa Gus Fahrur itu menjelaskan sejumlah kiai yang mengusulkan adanya Muktamar Luar Biasa itu juga tidak jelas. Bukan kiai sepuh atau ulama senior yang memiliki pengaruh di Nahdlatul Ulama. Sain itu juga bukan kiai yang mempunyai jabatan struktural di kepengurusan PBNU.
“Hanya sekelompok barisan sakit hati saja yang berulah,” paparnya.
Gus Fahrur meyakini pengurus cabang Nahdlatul Ulama tidak akan ada yang tertarik untuk menggelar Muktamar Luar Biasa tersebut. Dia menegaskan, tidak ada istilah berontak di dalam kamus kepengurusan PBNU.
Dia bahkan menyebut bahwa wacana Muktamar Luar Biasa itu kemungkinan hanya mimpi atau gagasan dari sekelompok pengangguran saja. “(Pengurus PBNU) sangat solid,” katanya.
Lantas apakah PBNU akan melakukan upaya hukum terhadap sekelompok orang yang mewacanakan Muktamar Luar Biasa itu? Gus Fahrur mengatakan, untuk sementara dilihat saja dulu. Bakal sejauh mana perkembangannya.
Sebelumnya wacana Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama disampaikan oleh beberapa orang yang tergabung dalam Presidium Muktamar Luar Biasa. Pertemuan yang berlangsung selama dua hari ini menjadi momentum bagi para ulama untuk mengkritik keras kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf yang dianggap menyimpang dari khittah (garis dasar) NU.
KH Imam Baihaqi, Ketua OC Presidium Muktamar Luar Biasa (MLB) NU, dalam konferensi persnya menegaskan bahwa pertemuan ini merupakan langkah awal menyelamatkan organisasi NU. Berdasarkan ‘Amanat Bangkalan’ yang dirumuskan pada 18 Agustus 2024, Presidium telah melakukan berbagai langkah konkret melalui silaturrahmi, koordinasi, dan konsolidasi dengan pesantren-pesantren An-Nahdliyyah dan struktural NU di seluruh Indonesia