MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman, atau S. Parman, lahir di Wonosobo pada tahun 1918 dan meninggal pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya, Jakarta, dalam usia 47 tahun. Parman merupakan pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer yang meninggal dalam peristiwa Gerakan 30 September.
Parman, seorang perwira intelijen, mengetahui banyak tentang kegiatan PKI dan menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima dari buruh dan tani. Sebagai korban penculikan oleh Resimen Tjakrabirawa, Parman dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Ayahnya yang seorang pedagang bernama Kromodihardjo, Parman, anak keenam dari sebelas bersaudara, memiliki kakak bernama Ir. Sakirman, yang menjadi petinggi di Politbiro CC PKI. Meskipun ayahnya meninggal pada tahun 1937, Parman mendapat pendidikan tinggi dan mengikuti jejak sekolah kedokteran.
Parman terlibat dalam perang gerilya selama Agresi Militer II Belanda dan berhasil membongkar rahasia gerakan APRA. Pada 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G dan kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk pendidikan militer. Setelah itu, ia menjadi Atase Militer RI di London dan kemudian Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat pada 1964.
Sebagai perwira intelijen, Parman mengetahui kegiatan rahasia PKI. Pada masa maraknya pengaruh PKI, ia menolak usulan Angkatan Kelima, membuatnya menjadi musuh PKI. Pada peristiwa G30S, Parman diculik dan dibunuh, menjadi korban sikap PKI yang mendukung Soekarno. (prb)