MERCUSUAR.CO – Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta mulai memanas. Anies Baswedan, eks Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, memiliki peluang besar untuk mencalonkan diri kembali untuk periode kedua. Dukungan dari beberapa partai di tingkat provinsi sudah mengalir kepadanya. Dalam bursa calon wakil gubernur, Anies sempat dipasangkan dengan sejumlah nama, salah satunya adalah Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep.
Wacana duet ini pertama kali diusulkan oleh DPW PKB Jakarta, yang telah menyatakan dukungannya kepada Anies sebagai calon gubernur. Ketua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas, menilai duet Anies-Kaesang mencerminkan sila ketiga Pancasila, yaitu persatuan Indonesia.
Namun, Anies sendiri masih enggan memberikan jawaban pasti terkait wacana ini. Dia menyatakan bahwa proses pencalonan Pilkada DKI masih panjang.
“Masih panjang prosesnya,” kata Anies di Sekretariat MPW Pemuda Pancasila (PP), Jakarta Selatan, Rabu (19/6).
Pandangan yang sama juga disampaikan Anies ketika ditanya mengenai kemungkinan duet dengan Ridwan Kamil atau Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi. Anies menegaskan bahwa urusan wakil gubernur belum dibahas.
Di sisi lain, Kaesang Pangarep menyambut baik ide berpasangan dengan Anies. Menurutnya, Anies adalah sosok kuat dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta berdasarkan sejumlah survei. Kaesang, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), menyatakan siap berpasangan dengan siapa pun pada Pilgub DKI Jakarta 2024.
“Pak Anies kan kemarin juga salah satu capres juga, saya suka nonton dulu Desak Anies itu juga bagus,” kata Kaesang di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (14/6).
Namun, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, menilai duet Anies-Kaesang tidak mungkin terjadi. Ia mengemukakan beberapa alasan yang mendasari pandangan ini.
Firman menyebut Anies sebagai tokoh yang membawa narasi perubahan, terutama saat mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Jika berpasangan dengan Kaesang, yang merupakan anak dari Jokowi, Anies bisa kehilangan dukungan dari pendukungnya yang menentang nepotisme.
Selain itu, PSI mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi rival Anies di Pilpres 2024. Firman juga menilai bahwa idealisme Anies akan terganggu jika memilih Kaesang sebagai pendamping.
“Nanti Anies sendiri akan susah menjalankan programnya, dia akan menjadi sosok yang distrustable,” jelas Firman.
Firman mengingatkan Anies agar hati-hati dalam memilih wakil, menekankan bahwa sosok pendamping harus mampu mendukung narasi perubahan yang dibawa Anies.
“Makanya hati-hati juga Anies, harus pilih hati-hati. Jadi banyak defisitnya nanti, bisa jadi malah sulit dalam memenangkan kontestasi karena ada faktor Kaesangnya,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menyoroti kelebihan dan kekurangan duet Anies-Kaesang. Menurut Adi, pasangan ini bisa dianggap sebagai bentuk rekonsiliasi politik antara Kaesang, yang merepresentasikan Jokowi, dengan Anies, yang selama ini dianggap sebagai oposisi Jokowi. Namun, Adi juga melihat banyak kekurangan dalam duet ini, terutama terkait persepsi publik mengenai ideologi dan kongsi politik.
“Karena dari dulu orang mempersepsikan Kaesang sebagai wajah lain dari Jokowi, ini kan sangat sulit untuk bisa berkompromi dengan Anies. Kalau tiba-tiba kemudian berkoalisi, berkongsi, ini menunjukkan bahwa persaingan politik selama ini tidak pernah ideologis,” jelas Adi.
Adi juga menilai bahwa duet ini sulit terwujud karena reaksi negatif dari elite partai politik dan basis pendukung masing-masing kubu.
“Baik kubu Anies ataupun Kaesang itu cenderung menolak,” ujarnya.
Kesimpulan
Duet Anies-Kaesang di Pilgub DKI Jakarta 2024 tampak mustahil terjadi, mengingat perbedaan pandangan politik, potensi kehilangan dukungan, dan tantangan dalam menjalankan program bersama. Meski wacana ini menarik perhatian, realisasinya dinilai sulit oleh para pengamat.