MERCUSUAR, Nusa Tenggara Timur, 21 Juli 2024 – Mendengar nama Wae Rebo , hal pertama yang terlintas adalah sebuah kampung terpencil di tengah hutan yang sangat sulit dijangkau yang masih mempertahankan keaslian tradisi dan budaya lokal. Saya terpesona oleh keindahan dan keunikan desa adat terpencil ini.
Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang, Wae Rebo menawarkan pengalaman yang benar-benar memikat bagi setiap pengunjungnya.
Desa Wae Rebo, yang berada di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), baru-baru ini dinobatkan sebagai desa tercantik kedua di dunia tahun 2024 oleh lembaga survei internasional The Spectator Index, setelah Rothenburg ob der Tauber di Jerman.
Penghargaan ini disampaikan oleh Dinas Pariwisata NTT dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat. Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil dan misterius di Kabupaten Manggarai, NTT. Berada pada ketinggian. Di Desa ini hanya terdapat 7 ( tujuh) rumah utama atau yang disebut Mbaru Niang. Menurut penuturan Kepala Suku yang kami temui di Mbaru Niangnya, warga Wae Rebo nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau.
Desa Wae Rebo mendapatkan anugerah tertinggi pada ajang UNESCO Asia-Pasific Award for Cultural Heritage Conservation tanggal 27 Agustus 2012 di Bangkok dengan mengalahkan 42 warisan budaya dari 11 negara atas Rumah tradisional, Mbaru Niang . menurut berbagai informasi desa ini sudah berumur lebih dari 1080 tahun. Untuk mencapai lokasi ini, perjalanan dari Bandara Labuan Bajo cukup jauh dan bisa ditempuh dengan menggunakan travel. Sewa mobil , bisa juga dengan mobil angkutan umum dan dilanjut dengan oto truk dan jalan kaki. Kalau perjalanan dari Kampung Bena menuju desa Wae Rebo terbilang sangat jauh , lintas kabupaten yang jaraknya tentu beda dengan lintas kabupaten di pulau Jawa, disini lebih jauh lagi.
Kisaran biaya untuk travel sekitar 3 juta sedangkan kalau menggunakan kendaraan umum tersedia sekitar 600 ribuan per orang. Sebelum melakukan pendakian sebaiknya istirahat dulu di Homestay Lodge yang disewakan oleh pengelola disana, besok paginya bisa dilanjutkan dengan menikmati hutan menuju perkampungan yang tersembunyi tersebut. Perjalanan dari homestay menuju lokasi bisa ditempuh dengan jalan kaki dan untuk pos pertama masih bisa dilakui dengan ojek motor. waktu tempuh sampai dilokasi sekitar 3 – 3,5 jam tergantung kekuatan fisik kita, saya sendiri cukup lama perjalanannya karena memori otot kaki mungkin sudah hilang, sudah cukup lama saya tidak pernah lagi naik gunung sekitar tahun 2000 an hampir setiap bulan naik gunung setelah dibebani dengan kesibukan yang luar biasa akhirnya hoby itu harus dikurangi .
Perjalanan panjang mendaki gunung menuju Wae Rebo cukup akan tetapi sering terhibur dengan pemandangan hebat yang menyegarkan nafas dan pandangan . Ditengah jalan guide yang jadi penujuk arah juga seringkali bercerita tentang Wae Rebo dan gunung – gunung yang ada disekitarnya .
Banyak juga wisatawan asing yang ikut mendaki menuju desa di atas gunung ini. Sebelum sampai di desa kewajiban pengunjung adalah memukul kentongan yang ada di bangunan tradisional paling atas, untuk meberitahu kepada warga kalau desanya akan dikunjungi tamu, selanjutnya menuju rumah kepala suku / adat untuk meminta ijin dan ramah tamah, sekitar 30 menit ngobrol dengan tetua adat dilanjutkan menemui pemangku desa/ pengelola wisatanya, sambil makan siang dengan menu tradisional yang mirip dengan sajian di pegunungan Kawasan Dieng.
Desa ini terdiri dari tujuh rumah adat berbentuk kerucut yang dikenal sebagai Mbaru Niang, yang menjadi daya tarik utama. Dengan penduduk yang hanya mencapai sekitar 1.200 jiwa, desa ini menawarkan kedamaian dan kehangatan yang jarang ditemukan di tempat lain.
Pengakuan Wae Rebo sebagai salah satu desa tercantik di dunia bukanlah hal yang mengejutkan bagi Indonesia. Keindahan alamnya yang memukau, budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya menciptakan kombinasi yang sempurna. Tidak hanya itu, desa ini juga dinobatkan sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2021, menambah prestise dan daya tariknya.
Menurut Pemangku adat Desa Wae Rebo, potensi wisata di NTT memang semakin dilirik oleh dunia. Selain Wae Rebo, Pulau Sumba juga telah ditetapkan sebagai pulau terindah di dunia, menunjukkan bahwa NTT memiliki banyak destinasi wisata yang luar biasa. Keberhasilan ini, menurutnya, tidak lepas dari konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berkaitan dengan Community Based Tourism. Keberhasilan Wae Rebo dalam menarik perhatian dunia menjadi acuan bagi kawasan wisata lain di NTT untuk terus mengembangkan konsep pariwisata yang berkualitas.
Hal ini juga disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dr. H. Sandiaga S. Uno, yang mengapresiasi pengakuan dari The Spectator Index.
Setelah lama berbincang dengan pemangku desa akhirnya ada kesimpulan bahwa proses pemberdayaan masyarakat Wae Rebo dilakukan oleh beberapa LSM dan pihak lain yang membantu , termasuk budidaya Kopi Wae Rebo yang pekat rasanya .Saya sangat berharap desa ini terus mempertahankan dan mengembangkan potensinya.
Wae Rebo adalah contoh nyata bagaimana keindahan alam dan kekayaan budaya dapat berpadu harmonis, menciptakan destinasi wisata yang memikat hati siapa saja yang berkunjung. Desa ini sangat rekomended untuk dikunjungi dan yang utama sebagai pengunjung kita wajib mengikuti aturan adat dan menghormati adat dan budaya setempat , tidak merusak hutan , tidak buang sampah sembarangan dan berbagai informasi yang bisa bermanfaat untuk pengembangan wisata di Indonesia Ini desa yang membanggakan Indonesia.( Taf)