Mercusuar.co, Wonosobo – Mengapa puasa dilarang di hari tasyrik? Dalam ajaran Islam, beberapa hari dilarang untuk berpuasa, salah satunya adalah Hari Tasyrik yang jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Hari Tasyrik merupakan hari-hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha, di mana umat Islam disunnahkan untuk makan dan minum, serta tidak diperbolehkan berpuasa.
Larangan ini memiliki dasar yang kuat dalam hadist Nabi Muhammad SAW dan tuntunan Al-Qur’an.
Hadist yang Menjelaskan Larangan Puasa Hari Tasyrik
Larangan berpuasa pada Hari Tasyrik didasarkan pada beberapa hadist Nabi Muhammad SAW yang menekankan bahwa hari-hari ini adalah waktu untuk menikmati makanan dan minuman serta memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
Salah satu hadist yang menjadi dasar larangan ini adalah:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَاللَّفْظُ لِعَلِيٍّ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ أَبِي نَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari Arafah, Hari Nahr (Idul Adha), dan Hari Tasyrik adalah hari raya kita, umat Islam, dan merupakan hari untuk makan dan minum.” (HR. Muslim)
Hadist ini jelas menyatakan bahwa Hari Tasyrik adalah hari untuk merayakan nikmat Allah dengan makan dan minum, dan bukan hari untuk berpuasa.
Larangan ini juga berkaitan dengan ajaran Al-Qur’an yang menekankan pentingnya mengikuti apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad: 33)
Ayat ini menegaskan pentingnya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menjalankan ibadah serta menjauhi apa yang dilarang. Oleh karena itu, mengikuti sunnah Nabi untuk tidak berpuasa pada Hari Tasyrik adalah bentuk ketaatan dan keimanan.
Hari Tasyrik juga merupakan waktu di mana umat Islam melakukan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak sebagai bentuk kepatuhan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Daging kurban kemudian dibagikan kepada kerabat, tetangga, dan mereka yang membutuhkan, sehingga semua dapat merasakan kebahagiaan dan keberkahan Idul Adha.
Selain itu, memperbanyak ibadah lain seperti dzikir dan doa juga sangat dianjurkan pada hari-hari ini. Mengingatkan pentingnya mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan ibadah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Nabi. Menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW adalah bentuk ketaatan dan keimanan kita sebagai umat Islam. Puasa pada Hari Tasyrik dilarang karena pada hari-hari tersebut kita dianjurkan untuk merayakan dan mensyukuri nikmat Allah dengan makan dan minum, bahwa memperbanyak ibadah selain puasa, seperti berdzikir dan berdoa, juga merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian, penting bagi umat Islam untuk memahami dan menjalankan larangan berpuasa pada Hari Tasyrik sebagai bagian dari ketaatan kepada ajaran agama dan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Hari Tasyrik merupakan momen untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat, menikmati rezeki yang telah diberikan, dan memperbanyak dzikir serta doa. Ini adalah hari-hari yang penuh dengan berkah dan kebahagiaan, yang seharusnya dirayakan sesuai dengan tuntunan agama.