Kisah Mistis Kuntilanak Teror Masyarakat di Wonosobo

ilustrasi Kuntilanak Teror Masyarakat di Wonosobo
ilustrasi Kuntilanak Teror Masyarakat di Wonosobo

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Peristiwa yang diceritakan ini terjadi pada tahun 2001, namun masih membekas hingga kini. Saya, yang bisa dipanggil Widya, mengalami kejadian aneh saat melakukan bakti sosial di Wonosobo, Jawa Tengah.

Kami tiba di desa yang dituju pada Minggu sore setelah berjalan kaki lebih dari satu jam. Sambutan warga desa membuat kami merasa senang dan bersemangat, meski desa tersebut sangat terpencil dan jauh dari kehidupan perkotaan. Rasa kekeluargaan dan kegotongroyongan sangat terasa di desa ini, meskipun fasilitas serba minim.

Bacaan Lainnya

Pada malam pertama, setelah bercengkrama dengan Lurah dan penduduk desa, kami tidur nyenyak karena kelelahan. Keesokan paginya, suara kokok ayam membangunkan kami, dan udara dingin pegunungan sangat menusuk tulang. Di halaman pendopo, warga desa tampak beraktivitas menuju sungai untuk mencuci dan mandi. Tidak semua warga desa memiliki akses air dari aliran pegunungan, tetapi beruntungnya kepala desa tempat kami tinggal memiliki bak penampung air.

Selama beberapa hari di desa, kami melakukan banyak kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, pengobatan gratis, dan mendirikan posyandu. Namun, ada sesuatu yang aneh pada diri Lurah desa. Dia sering memberi perhatian lebih kepadaku, mungkin karena istrinya telah meninggal. Dia bahkan pernah mengutarakan niatnya untuk menjadikanku istrinya, tapi aku menanggapinya biasa saja.

Ketika masa tugas bakti hampir selesai, aku tiba-tiba merasa demam dan pusing. Malam itu ada acara perpisahan di balai desa, tetapi kondisi tubuhku tidak memungkinkan untuk hadir. Aku memutuskan untuk beristirahat di rumah, ditemani oleh pembantu Pak Lurah, Mbak Siti.

Saat berbaring, aku mendengar suara Mbak Siti bertanya apakah aku menyukai Pak Lurah. Aku menjawab dengan jujur, tetapi kemudian aku menyadari bahwa suara tersebut bukan berasal dari Siti. Di samping ranjang, aku melihat sosok wanita dengan wajah rusak dan rambut berantakan, memandangku dengan tatapan marah. Aku sangat ketakutan dan berusaha melarikan diri, namun akhirnya pingsan setelah menabrak dinding.

Ketika sadar, aku sudah dikelilingi oleh Lurah dan teman-temanku. Mereka mengatakan bahwa aku ditemukan pingsan di lantai. Keesokan paginya, aku diantar ke kota Wonosobo untuk diperiksa. Dalam perjalanan, aku menceritakan pengalamanku bertemu kuntilanak kepada teman-teman, dan mereka mengungkapkan bahwa mereka juga pernah mengalami hal serupa.

Kami menduga kuntilanak itu mungkin adalah istri Lurah yang sudah meninggal dan tidak setuju ada wanita lain yang dekat dengan suaminya. Namun, semua itu tetap menjadi misteri bagi kami.

Pos terkait