Kholiq Habiskan Waktu Memperjuangkan Kaum Petani

5btokoharif.wsb
HA Kholiq Arief

Mercusuar.co Wonosobo – HA Kholiq Arief, pagi itu duduk di bale-bale rumahnya di kawasan Kalianget Wonosobo. Ia dirumahnya sering tak sendiri. Puluhan orang berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Mereka yang datang dari berbagai latar belakang, terutama mereka para kaum pinggiran yang secara ekonomi kalangan lapis bawah, kaum petani. Ada petani bawang dari Brebes, petani padi Demak adapula petani sayur mayur dataran tinggi Dieng.

Para petani yang berdatangan itu, menurut Kholiq membawa beragam permasalahan. Ketersediaan pupuk terbatas, hama yang bervariasi hingga harga komoditas pertanian tak kunjung membaik. “Mereka datang dan menyampaikan banyak pesan pertanian. Ragam masalahnya kami diskusikan satu-satu,” ujarnya.

Menjadi Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jawa Tengah menjadikan Kholiq menjadi tempat curhat petani. Komitmen untuk membuat peta jalan petani di Jateng sejak awal ia pegang. Keberadaan data base potensi pertanian dari hulu hingga hilir yang belum final menjadi pekerjaan rumahnya. “Data base pertanian kami siapkan. Progam-progam pemerintah pusat sangat banyak sehingga data base menjadi sangat penting agar peta jalannnya tepat sasaran,” terangnya.

Kholiq, Kaum Petani dan NU

Kholiq melihat kaum petani dan NU sudah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Masalah petani adalah masalah NU, begitu juga masalah umat lainnya yang diluar pertanian. Jumlah warga nahdliyin yang sangat besar di sektor pertanian jika digarap serius, menurut Kholiq perekonomian nasional juga akan tumbuh pesat. Terhadap persoalan ini dia bahkan belajar sistem penguatan pertanian di berbagai negara maju seperti Jepang, Thailand dan China yang sangat maju dalam pengelolaan teknologi pertanian hingga cara dagangnya.”Pertanian kita ini sangat kuat. Saya optimis suatu saat Indonesia akan jaya di sektor pertanian,” ujarnya.

Tafsir terhadap sektor pertanian bagi Kholiq begitu sangat luas tidak hanya soal menanam kemudian menjualnya. Namun pertanian dalam arti yang luas meliputi teknologinya, daya saing hingga tata kelola niaga komprehensif yang mampu membaca kebutuhan pasar luar negeri. Misalnya bagaimana hasil panen sayur mayur bisa ditata menjadi zonasi yang lebih segmented, ada zona kentang di satu daerah, ada zona cabai, ada zona bawang yang seluruhnya dikelola serius. Salah satu yang menjadi penyebab pertanian jalan di tempat adalah jalur distribusi pertanian yang hanya mencukupi kebutuhan lokal sehingga harga terjun bebas.

Terhadap NU, kiprah Kholiq lainnya adalah terus berikhtiar melakukan penataan ekonomi kaum pesantren. Ribuan pesantren di Jawa Tengah menjadi pemikirannya untuk diajak berkembang dari sisi pemberdayaan ekonomi dan SDM yang lincah dalam mengikuti perkembangan. Tahun ini dia menggandeng sedikitnya 32 pondok pesantren NU untuk menghidupkan kelebihan masing-masing seperti peternakan, pendidikan dan sektor jasa. Pengelolaannya terkonsolidasi dalam satu ekosistem kelembagaan koperasi yang kuat sehingga bisa berkolaborasi dengan pemerintahan maupun investor swasta secara profesional. “Potensi pesantren NU ini besar sekali. Kami sedang ikhtiar bersama pesantren menata kelembagaan koperasi,” kata presiden alumni Tebuireng ini saat ditemui dirumahnya.

Memiliki pengalaman dua periode menjadi bupati Wonosobo, menjadikan Kholiq tidak kesulitan mengakses beragam jaringan regional hingga tingkat nasional. Dia mendapatkan tantangan besar langsung dari Ketum PBNU untuk mendampingi umat agar naik level secara ekonomi. Beragam cara sudah dia siapkan matang sambil keliling ke sejumlah tokoh untuk memastikan turut mengawal progam-progam baik untuk kaum nahdliyin.

Saat memegang kendali di pemerintahan Kholiq sadar betul apa saja yang menjadi kebutuhan nahdliyin selalu menjadi prioritas. Sebagai daerah miskin Wonosobo harus memiliki perangkat lengkap untuk menuju sejahtera baik dari tata pemerintahan yang bersih hingga regulasi yang memihak warganya. Dia cetuskan Perda Ramah HAM, dia turut inisiasi kemandirian desa lewat alokasi dana desa dan Badan Usaha Milik Desa, dia bentuk forum kerukunan umat beragama hingga tingkat kecamatan. Adalah Kholiq Arief yang lahir dari keluarga tulen orang NU namun oleh komunitas Syiah dijadikan bapak asuh karena dinilai melindungi aktivitas kerukunan umat beragama di daerahnya. Atas itu dia diganjar beragam penghargaan tokoh pilihan Tempo maupun untuk kepentingan perdamaian dunia dia didaulat menjadi pembicara forum internasional di markas PBB untuk bercerita panjang seputar umat dan keberagamaan di Indonesia.(mag)

Pos terkait