MERCUSUAR.CO, Semarang – Perlu diketahui musim penghujan akhir akhir ini menyebabkan sejumlah banjir di wilayah Kota Semarang, dimana tidak hanya mengakibatkan rusaknya hunian warga namun juga menyebabkan kerusakan infrastruktur seperti jalan raya.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Kadar Lusman menyampaikan, berbicara tentang mitigasi bencana. Bencana di Kota Semarang itu yang dari tahun ke tahun itu yang paling rutin bencana banjir.
Karena di sini ada kawasan atas dan bawah, kalau atas pastilah itu longsor yang harus diseriusi itu banjir. Bagaimana caranya untuk mengatasi karena hampir tiap tahun terjadi.
“Hal yang rutin ini bisa dihitung, tahun kemarin apa sih yang sudah dipersiapkan. Tinggal kekurangannya berapa? Apa yang harus diprioritaskan di situ? Ini hal yang sudah berjalan dan itu kelihatan kok,” ujar Pilus, sapaan akrabnya dalam dialog interaktif mengenai “Mencegah dampak kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir di Kota Semarang”, di hotel Patra Jasa Kota Semarang, Selasa (27/2/2024).
“Bagi kami yang ada di legislatif, dinas perencanaannya apa dan butuh anggaran berapa. Kita pasti akan dukung, karena menanggulangi banjir merupakan hal yang paling penting,” imbuhnya.
Ketika banjir karena hujan deras itu kepinginnya pompa hidup semuanya. Kalau hanya ditambah pompa, tapi kita tidak pernah berbicara tentang subdrainase, drainase atau saluran irigasi yang sampai sekarang ini belum tersentuh.
“Yang perlu diperhatikan dan perlu yang perlu diperbaiki atau normalisasi itu justru subdrainase, drainase atau sungai sungai kecil penghubung ke sungai induk,” terang Pilus.
Di Kota Semarang itu, semuanya udah ada bangunan, bantaran sudah dibangun, begitu sedimentasi naik alat berat tidak bisa masuk yang mengakibatkan begitu hujan masyarakat resah.
Itu perlu diurai persub atau perwilayah atau perkecamatan selesaikan itu. Itu kan jelas sebetulnya, daripada ketika rob atau banjir menambah pompa tetapi hal ini tidak pernah disentuh.
“Ini saya mendorong itu pak PU, supaya ini bisa terurai walaupun butuh proses dan jangka waktu, kalau diseriusi bisa diurai lah itu. Paling tidak jalan penghubung semuanya sudah oke,” katanya.
Menurut Pilus, walaupun jalan penghubung dari kelurahan satu kelurahan yang lain, kecamatan satu dengan kecamatan yang lain, bahkan semuanya sudah cor beton. Akan tetapi bila subdrainase tidak diurai maka air tidak akan kemuaranya dan itu menjadi penyebab banjir.
Sementara itu, Syafrudin mengatakan drainase yang di samping samping jalan ini juga berpengaruh penting. Menurutnya berkaitan dengan infrastruktur drainase, harus melihat dari jaringan tersier, sekunder, dan primer.
Syafrudin, menambahkan masalah banjir perlu peran serta dari masyarakat, bukan hanya peran dari pemerintah saja.
“Saya ambil contoh di jalan Sudirman, itu toko dan perumahan yang ada di jalan itu menutup semua saluran, padahal saluran sekunder itu merupakan output dari saluran tersier dari penduduk yang sekitar pasar karangayu yang mau keluar ke arah di saluran primer ke arah ke Madukoro,” terang Syafrudin.
Untuk itu butuh peran serta masyarakat dalam memelihara, “di depan rumah sendiri yang punya toko, ya jangan ditutup semua. Jika demikian kalau ditutup gimana pemerintah akan melakukan pemeliharaan kan sulit.”
“Makanya saya tadi katakan bagaimanapun juga ya pendekatan teknis tidak akan bisa berhasil kalau tidak dilakukan dengan pendekatan peningkatan peran serta masyarakat,” katanya.
Mencegah kerusakan infrastruktur yang disebabkan banjir, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Semarang Suwarto, mengatakan PU melakukan langkah-langkah pencegahan, yaitu mencegah terjadinya genangan atau terjadinya banjir atau rob.
“Di Semarang ini ada 3 kategori yaitu banjir, genangan dan rob, nah ini sudah langkah langkah sudah kita lakukan yaitu dengan optimalisasi alat yang kita miliki, kemudian memitigasi daerah-daerah yang biasanya menjadi langganan genangan atau banjir. Kemudian dengan pembagian zona, yaitu ada 4 zona,” tandas Suwarto.(day)