MERCUSUAR.CO, Pati – Bencana kekeringan yang terjadi hingga kini, yang salah satu di wilayah Pati bagian Utara yakni Kecamatan Tayu dan Dukuhseti memunculkan pertanyaan besar.
Pasalnya di wilayah tersebut, sebelumnya tak pernah mengalami kondisi kekeringan dan baru hanya terjadi saat musim kemarau kali ini.
Melalui Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo mengungkapkan bahwa kekeringan yang terjadi bukan hanya masalah alam semata.
Pihaknya menuturkan berdasarkan layanan Laporbup pada 13 November lalu menyebutkan adanya faktor penggunaan air tawar dengan jumlah besar yang digunakan untuk budidaya ikan nila salin di wilayah tersebut.
“Untuk di Tayu, kalau dari Laporbup adanya inovasi budiaya nila salin yang membutuhkan banyak air. Pelaku tambak menyedot air di tanah secara dalam. Dampaknya sumur warga kering karena eksploitasi air tanah imbas budidaya ikan nila salin, sehingga di sana muncul kekeringan,” ungkapnya pada, Rabu (22/11/23).
Sebagai informasi, Kabupaten Pati merupakan wilayah yang menjadi pengembangan budidaya daya ikan nila salin oleh pemerintah.
Dikarenakan dalam budidaya ikan nila salin membutuhkan air tawar, maka masyarakat petambak menggunakan sumber air dalam melakukan budidaya tersebut.
Sementara itu, di wilayah yang mengalami kekeringan yakni Desa Dororejo dan juga Desa Kalikalong.
“Warga yang melapor itu sudah tiga bulan terjadi kekeringan yang mana terdapat pengusaha yang melakukan eksploitasi tanah secara mendalam dan baru tahun ini di genjot,” terangnya.
Dalam menangani kekeringan yang terjadi, pihaknya telah berupa menggandeng Perusahaan Gula (PG) Trangkil dalam menyediakan kebutuhan air bersih di wilayah tersebut.
“Guna mengatasi masalah yang terjadi di Dororejo dan Kalikalong yakni kekeringan, kami tidak sendiri. Kami menggandeng PG Trangkil untuk membantu dropping air di desa tersebut,” tegasnya.