Keajaiban Edelweis di Desa Wonokitri: Kecantikan, Budidaya, dan Souvenir Legal di Kawasan Bromo, Jawa Timur

Pengunjung berfoto di hamparan bunga Edelweis Taman Edelweis, Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur.
Pengunjung berfoto di hamparan bunga Edelweis Taman Edelweis, Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur.

MERCUSUAR.CO, Pasuruan Bunga edelweis, yang juga dikenal sebagai “Anaphalis javanica” atau edelweiss Jawa, adalah tanaman yang tumbuh di ketinggian tinggi di pegunungan, terutama di kawasan alpine.

Keunikan utama bunga ini terletak pada penampilannya yang cantik dan daya tahan yang luar biasa terhadap kondisi lingkungan yang keras. Edelweis memiliki kelopak bunga putih seperti salju yang berpadu dengan daun berbulu yang memberikan kesan lembut.

Bacaan Lainnya

Bunga ini sering dianggap sebagai simbol keindahan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan alam, sehingga sering kali dijadikan sebagai metafora dalam berbagai karya sastra dan seni.

Selain kecantikannya, edelweis juga memiliki nilai budaya dan ekologis yang penting, menjadikannya tidak hanya sebagai elemen estetika tetapi juga sebagai bagian yang berharga dari keanekaragaman hayati pegunungan.

Jika Anda berminat untuk memiliki bunga Edelweis, Anda masih dapat membawanya pulang dengan membelinya. Caranya cukup mudah, Anda dapat mengunjungi Desa Wonokitri di kawasan Bromo, Jawa Timur, yang dikenal sebagai desa wisata Edelweis dan tempat resmi pembelian Edelweis.

Desa ini terletak di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dan berada di wilayah penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Teguh Wibowo, Ketua Kelompok Tani Edelweis Hulun Hyang, menyatakan bahwa awalnya Desa Wisata Edelweis ini didirikan untuk melestarikan kebudayaan masyarakat Desa Wonokitri.

“Edelweis buat masyarakat Wonokitri itu bukan hanya sekadar bunga seperti masyarakat umum kenal, tapi lebih pada bunga sakral yang memang ini diperuntukkan untuk beberapa upacara adat yang ada di kawasan Tengger khususnya di Desa Wonokitri,” kata Teguh.

Dalam ceritanya, diungkapkan bahwa pada masa lampau, penduduk Desa Wonokitri sering mengambil Edelweis dari pegunungan. Namun, seiring berjalannya waktu dan adanya larangan memetik bunga Edelweis, muncul Kelompok Tani yang dikenal sebagai Hulun Hyang. Kelompok ini memulai inisiatif untuk mengajak masyarakat agar dapat menanam sendiri bunga tersebut sebagai upaya menjaga keberlanjutan dan keberagaman alam.

“Maka pada tahun 2018 itu terbitlah SK Bupati yang menyatakan bahwa desa ini adalah desa wisata Edelweis,” terangnya.

Sebagai sebuah desa wisata, Desa Wisata Edelweis menawarkan sejumlah daya tarik menarik bagi para pengunjung. Menurut Teguh, pengunjung dapat menikmati berbagai pesona, mulai dari pemandangan menakjubkan hamparan Edelweis hingga mempelajari proses budidayanya.

Salah satu daya tarik utama di Desa Wisata Edelweis adalah Taman Edelweis yang memamerkan luasnya tanaman Edelweis yang sedang dibudidayakan. Pengunjung dapat mengabadikan momen di tengah-tengah hamparan bunga abadi ini, dengan latar belakang pegunungan khas wilayah Bromo yang memukau.

Suasana sejuk dan berkabut di sini juga membuat para pengunjung betah berlama-lama, siapkan kamera atau gadget untuk mengabadikan keindahan Taman Edelweis ini. Serangga yang hinggap di bunga Edelweis di Taman Edelweis menambah pesona alami Desa Wisata Edelweis di Wonokitri, Jawa Timur.

Selain menikmati momen berfoto di area Taman Edelweis, para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk mempelajari secara langsung cara membudidayakan tanaman Edelweis ini.

Bunga Edelweis di Desa Wisata Edelweis.
Bunga Edelweis di Desa Wisata Edelweis.

“Taman Edelweis ini kan sebagai pusat pembudidayaan Edelweis, sekaligus juga untuk edukasi wisatawan yang datang ke Desa Wonokitri yang ingin belajar bagaimana caranya untuk budidaya Edelweis,” jelasnya.

Pengunjung memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan mengenai budidaya Edelweis, termasuk pemilihan biji, proses penyapihan, hingga teknik penanamannya.

Sovenir Bunga Edelweis sebagai Buah Tangan

Teguh menjelaskan bahwa meskipun Edelweis secara alami tumbuh di habitat liar, tanaman ini dapat dibudidayakan. Ini mencerminkan implementasi dari konsep ekowisata yang diperkenalkan oleh Desa Wisata Edelweis.

“Jadi setiap customer atau wisatawan yang datang itu, selain mereka datang untuk foto, setidaknya mereka juga mendapatkan ilmu. Entah sedikit mereka akan diajari bagaimana caranya budidaya Edelweis,” ungkapnya.

Bagi mereka yang tertarik untuk membawa pulang bunga Edelweis dari Desa Wonokitri, ini juga merupakan opsi yang diizinkan dan secara hukum diperbolehkan, baik oleh Kelompok Tani Hulun Hyang maupun pihak Taman Nasional.

“Kalau kepingin metik bunga Edelweis bisa, kalau kepingin beli sovenirnya juga bisa secara legal di sini,” kata Teguh.

Para pengunjung memiliki opsi untuk membeli beragam souvenir bunga Edelweis, seperti gantungan kunci, boneka, kalung, dan lainnya. Harga souvenir ini bervariasi, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 50.000. Gantungan kunci dijual dengan harga Rp 20.000, kalung Rp 50.000, dan boneka Rp 50.000. Selain itu, terdapat juga souvenir khusus untuk pernikahan yang tersedia dengan harga mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 250.000.

“Ini yang buat kelompok tani Hulun Hyang, jadi kita ambil biji Edelweis untuk kita budidayakan. Setelah diambil bijinya, daripada bunganya dibuang kan, lebih baik kita buat sovenir, tapi kita secara legal. Kalau sudah pada tahu kan banyak yang jual di kawasan Bromo, tapi rata-rata itu ilegal, tapi di sini legal,” tuturnya.

Untuk mencapai Desa Wisata Edelweis ini, wisatawan dapat mengarahkan kendaraan ke Desa Wonokitri. Setelah itu, perjalanan sekitar 400 meter dapat ditempuh baik dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Lokasi Taman Edelweis dan Desa Wisata ini terletak di pinggir jalan besar dan mudah ditemukan. Jika Anda datang dari pintu masuk Bromo, cukup berkendara sekitar 500 meter ke arah utara dari Desa Sedaeng.

Pos terkait