MERCUSUAR.CO, Jakarta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan gencatan senjata sementara dalam konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Dia menyebutkan kemungkinan adanya “jeda pertempuran kecil” untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk pembebasan sandera. Namun, ia tetap menolak gencatan senjata secara umum, meski ada tekanan internasional yang meningkat.
Pengumuman ini disampaikan Netanyahu pada Selasa, 7 November 2023, usai pengepungan Kota Gaza yang padat penduduknya, yang menjadi markas kelompok Hamas. Militer Israel mengklaim telah merebut kompleks Hamas dan siap menargetkan militan yang bersembunyi di terowongan bawah tanah.
Dia menyatakan bahwa gencatan senjata secara umum akan menghambat upaya perang nasional mereka. Namun, ia mengakui bahwa menghentikan pertempuran demi alasan kemanusiaan, sebuah gagasan yang didukung oleh Amerika Serikat, akan dipertimbangkan berdasarkan keadaan.
“Jeda taktis – satu jam di sini, satu jam di sana – kita pernah mengalaminya sebelumnya,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan ABC News, seperti dikutip Reuters.
“Saya pikir kami akan memeriksa situasi untuk memungkinkan barang-barang, barang-barang kemanusiaan masuk, atau sandera kami, sandera individu, untuk pergi,” tambahnya.
“Tetapi menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum,” tegas Netanyahu.
Selain itu, Netanyahu menyatakan bahwa ketika konflik berakhir, “Israel akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan (di Gaza).” Hal ini menyiratkan bahwa Israel akan menjadi otoritas pemerintahan di wilayah tersebut.
Makam Anak-anak
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sekali lagi menyerukan gencatan senjata. Dia menggambarkan Gaza sebagai “kuburan bagi anak-anak” pada saat ini.
“Operasi darat yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan serangan udara yang sedang berlangsung berdampak pada warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja, dan fasilitas PBB, termasuk tempat penampungan,” kata Guterres.
“Tidak ada yang aman,” tambahnya.
“Pada saat yang sama, Hamas dan militan lainnya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan terus meluncurkan roket tanpa pandang bulu ke arah Israel,” ujarnya lebih lanjut.
Organisasi internasional juga menyuarakan keprihatinan serupa. Saat ini, situasi di Gaza sangat memprihatinkan, rumah sakit tidak mampu menangani banyaknya korban luka, kekurangan makanan dan air bersih, serta kurangnya pasokan bantuan.
“Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. 30 hari telah berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” kata para pemimpin beberapa badan PBB kemarin.
Demonstrasi Gencatan Senjata
Sementara itu, ratusan pengunjuk rasa, sebagian besar dari kelompok “Suara Yahudi untuk Perdamaian”, melakukan aksi duduk di luar Patung Liberty di New York pada hari Senin. Mereka menyerukan gencatan senjata dan kemerdekaan Palestina.
Video di media sosial menunjukkan para aktivis yang duduk di bawah patung, meneriakkan, “Jangan lagi untuk siapa pun, jangan lagi sekarang,” mengacu pada Holocaust.