Mercusuar.co Wonosobo – Pameran Pendidikan dalam rangka peringatan HUT PGRI ke 77 dipadati pengunjung. Event tersebut menampilkan banyak sekali karya, inovasi dan kreasi guru maupun siswa.
Pameran Pendidikan berlangsung sejak Sabtu hingga Minggu (27/11) di Gedung Sasana Adipura. Selama dua hari acara berlangsung mendapat animo yang baik dari masyarakat, terbukti dari ramainya pengunjung pameran. Selain puluhan stand pendidikan, ditampilkan juga pentas budaya dari guru dan siswa se Wonosobo.
Ketua PGRI Wonosobo Suratman menjelaskan ada berbagai kegiatan untuk memeriahkan HUT PGRI ke 77, salah satunya adalah Pameran Pendidikan. Dia mengatakan pameran tersebut menjadi ajang untuk menunjukkan karya luar biasa dari para guru.
“Pesertanya dari perwakilan PGRI per kecamatan, paguyuban dan kelompok-kelompok guru tertentu. Kami juga tampilkan pentas budaya dari guru dan siswa. Ya karena hari ini guru harus semangat bangkit dan bertransformasi digital, sudah saatnya pulihkan pendidikan untuk masyarakat lebih maju,” kata Suratman.
Sementara itu, salah satu pengunjung pameran Rahimah (50) mengaku terkesan dengan pameran tersebut. Dia menilai pameran tersebut bisa menjadi ajang menggali potensi siswa dan guru, sehingga keterampilannya makin terasah.
“Tadi kami lihat karya siswa dan guru, seperti buku, media pembelajaran dan lain sebagainya. Sempat melihat salah satu stand yang menampilkan virtual reality (VR) sebagai alat pendukung belajar siswa. Ini bagus jadi bisa dijadikan referensi para guru untuk kegiatan belajar mengajar,” kata Rahimah kepada Suara Merdeka, Minggu (27/11).
Antusisi Pangujunga pameran HUT PGRI
Salah satu stand pameran yang mendapat banyak sambutan baik dari pengunjung adalah milik Komunitas Digitalisasi dan Inovasi Pembelajaran Guru (Koding). Ketua Komunitas Koding Asih Prihatin menjelaskan, di stand tersebut dipamerkan aneka pembelajaran berbasis digital.
“Sesuai dengan namanya kami memajang segala hal berbasis digital di dunia pendidikan, khususnya pembelajaran. Ada augmented reality (AR), virtual reality (VR) ini yang animonya luar biasa banyak yang penasaran. Lalu ada juga e-book dan aneka video pembelajaran,” terang Asih yang ditemui di sela-sela pameran.
Dikatakan Asih, dengan AR baik murid atau guru tak hanya bisa belajar dengan dua dimensi. Gambar dua dimensi hanya cukup discan dengan perangkat gawai, bisa menjadi tiga dimensi. Hal ini tentu diharapkan bisa semakin menambah pemahaman siswa.
“Kalau pakai VR kami coba suguhkan materi yang belum memungkinkan dijangkau dalam kenyataan, misal menggambarkan dunia bawah laut, hutan dan lain sebagainya. Sekarang semua serba digital kita tak bisa memungkiri itu, dan semoga ini bisa diterapkan ke semua sekolah,” tutup Asih.