Gunung Sindoro: Keunikan, Aktivitas Vulkanik, dan Sejarah Letusannya

Gunung Sindoro: Keunikan, Aktivitas Vulkanik, dan Sejarah Letusannya
Gunung Sindoro: Keunikan, Aktivitas Vulkanik, dan Sejarah Letusannya

MERCUSUAR.CO, Wonosobo, 30 Mei 2024Gunung Sindoro, atau dikenal juga sebagai Gunung Sundoro, adalah salah satu gunung berapi aktif yang terletak di Jawa Tengah. Gunung ini membentang di wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Gunung Sindoro memiliki tinggi sekitar 3.155 meter di atas permukaan laut (dpl) dan termasuk dalam tipe stratovolcano, dengan kawah aktif di puncaknya yang kerap menunjukkan aktivitas vulkanik.

Keunikan Gunung Sindoro

Daftar isi

Salah satu hal yang membuat Gunung Sindoro unik adalah sebutannya sebagai “gunung kembar.” Julukan ini diberikan karena Gunung Sindoro memiliki bentuk dan ketinggian yang hampir sama dengan Gunung Sumbing yang berada di dekatnya. Keduanya sering menjadi objek pendakian dan penelitian geologi karena fenomena vulkaniknya yang menarik.

Bacaan Lainnya

Aktivitas Vulkanik

Gunung Sindoro dikenal dengan tipe letusannya yang sering kali bersifat freatik, di mana letusan terjadi secara tiba-tiba. Untuk memantau aktivitas gunung ini, terdapat Pos Pengamatan Gunung Api Sindoro dan Sumbing yang terletak di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung.

Per 28 Mei 2024, Gunung Sindoro berstatus Level I atau Normal. Namun, sejarah mencatat bahwa gunung ini telah mengalami beberapa kali peningkatan aktivitas. Pada tahun 2021, misalnya, terdapat peningkatan aktivitas yang tetap dinyatakan dalam kondisi normal. Sebelumnya, pada tahun 2011, status Gunung Sindoro sempat dinaikkan menjadi Waspada (Level II) sebelum kembali normal pada tahun 2012.

Sejarah Letusan Gunung Sindoro

Aktivitas vulkanik Gunung Sindoro telah tercatat sejak awal abad ke-19. Berikut adalah beberapa letusan signifikan yang pernah terjadi:

  • 1818: Letusan abu pertama yang tercatat.
  • 1882: Setelah lebih dari 60 tahun tenang, terjadi letusan abu yang disertai dengan leleran lava di lereng barat laut.
  • 1903: Letusan abu yang mencapai wilayah Kejajar dan Garung.
  • 1906: Letusan dengan abu yang mencapai Kledung.
  • 1970: Kepulan asap putih tipis hingga tebal mulai muncul kembali.

Erupsi dan Penemuan Situs Liyangan

Salah satu peristiwa menarik terkait aktivitas Gunung Sindoro adalah penemuan situs Liyangan. Erupsi Gunung Sindoro diduga pernah mengubur sebuah kompleks permukiman kuno yang ditemukan di Dusun Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Situs ini ditemukan secara tidak sengaja oleh penambang pasir pada tahun 2008.

Situs Liyangan diperkirakan sebagai kompleks permukiman pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang terkubur akibat letusan besar Gunung Sindoro. Temuan di situs ini meliputi dua candi Ganesha, gerabah, talut, alat penumbuk rempah-rempah, dan beberapa yoni. Pada tahun 2009, ditemukan kembali beberapa bangunan di lokasi tersebut.

Menurut data dari Risalah Hasil Penelitian Situs Liyangan yang ditulis oleh Sugeng Riyanto dalam jurnal Berkala Arkeologi (Vol 35/Mei 2015), material vulkanik Gunung Sindoro adalah faktor utama yang mengubur permukiman kuno tersebut. Ekskavasi menunjukkan bahwa situs ini pernah disapu oleh dua bencana level rendah-sedang sebelum akhirnya terkubur oleh letusan dahsyat. Meskipun belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai waktu kejadian, tidak ditemukannya jejak kematian manusia atau hewan di Liyangan mengindikasikan bahwa para penghuni kemungkinan besar telah menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi.

Gunung Sindoro dengan segala keunikan dan sejarah letusannya, menjadi salah satu gunung berapi yang penting untuk dipantau. Aktivitas vulkaniknya tidak hanya memberikan wawasan ilmiah mengenai dinamika vulkanologi, tetapi juga mengungkap sejarah permukiman kuno yang pernah ada di lerengnya. Dengan pemantauan yang terus menerus dan penelitian yang mendalam, Gunung Sindoro tetap menjadi objek yang menarik bagi ilmuwan dan pendaki.

Pos terkait