MERCUSUAR, Wonosobo, 26 Juli 2024 – Perayaan Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo berlangsung dengan sangat meriah, menampilkan keragaman budaya dan partisipasi dari berbagai kalangan. Sebanyak 465 penari ikut memeriahkan acara tersebut, dan yang berbeda pada tahun ini adalah golekan lengger setinggi 3meter. Golekan lengger tersebut digotong oleh 15 orang serta empat sekolah yang ikut memeriahkan tarian, yaitu SMPN 1 Wonosobo, SMPN 2 Selomerto, SMKN 1 Wonosobo, dan SMKN 2 Wonosobo, turut serta dalam acara ini, mempersembahkan berbagai penampilan yang menggambarkan kekayaan budaya daerah.
Acara ini tidak hanya menampilkan hiburan, tetapi juga filosofi dari Wonosobo yang mana kaya akan hasil pertanian. Salah satu simbol utama dalam perayaan ini adalah “gulungan”, yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Wonosobo.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo, Agus Wibowo, gulungan tersebut melambangkan hasil bumi yang melimpah di Kabupaten Wonosobo.
“Dari 15 gulungan tersebut, masing-masing mewakili 15 kecamatan yang ada di Wonosobo. Gulungan ini juga dapat dikatakan sebagai buah tangan dari Bupati Wonosobo untuk masyarakat, sehingga ada tradisi perebutan gulungan,” jelas Agus.
Simbol gulungan ini menggambarkan daerah Wonosobo yang penuh dengan kegiatan pertanian dan kekayaan alamnya. Selain gulungan, ada juga “tenong-tenong” yang dibawa dalam perayaan ini, menambah semarak acara dengan kehadiran berbagai elemen tradisional.
Tarian pertama menampilkan hiasan gunungan yang melambangkan Wonosobo sebagai daerah pegunungan dengan beberapa gunung yang terkenal. Gunungan ini juga menjadi simbol kekuatan dan keindahan alam Wonosobo, yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
Penampilan kedua menggunakan caping, yang melambangkan Wonosobo sebagai daerah pertanian. Caping, sebagai alat pelindung petani dari terik matahari, menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Wonosobo yang banyak bergantung pada sektor pertanian. Ini adalah pengingat bahwa pertanian merupakan tulang punggung ekonomi daerah.
Penampilan ketiga menampilkan tarian lengger, yang menggambarkan suka cita dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam tarian tersebut. Lengger adalah tarian tradisional yang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Wonosobo dan sekitarnya. Tarian ini melibatkan gerakan yang enerjik dan penuh semangat, mencerminkan kegembiraan dan kebersamaan.
Puncak dari penampilan adalah golekan lengger, ini seperti ogoh-ogoh di Bali namun diberi nama dengan golekan lengger. Golekan lengger ini dibuat oleh Bondet Lukistyo Adi Wibowo dari Desa Sruni Wonosobo. Golekan lengger menjadi simbol gong dalam perayaan, menandai puncak suka cita dan kebersamaan masyarakat Wonosobo. Proses pembuatan golek lengger ini tidaklah mudah kurang lebih membutuhkan waktu selama dua bulan, serta membutuhkan keahlian khusus dan ketelatenan dalam setiap detailnya.
Agus Wibowo menambahkan bahwa perayaan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga upaya untuk memperkuat identitas budaya dan kebanggaan masyarakat Wonosobo terhadap warisan agraria dan kekayaan alam mereka. Ia menegaskan bahwa dengan partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk sekolah dan sanggar seni, perayaan ini diharapkan dapat terus memupuk semangat kebersamaan dan pelestarian budaya lokal.
“Kami berharap, melalui perayaan ini, generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri. Ini juga merupakan momen penting untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa Wonosobo memiliki kekayaan budaya yang luar biasa,” pungkas Agus.
Perayaan Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo ini menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya dan kekayaan alam dapat menjadi pengikat yang kuat bagi masyarakat. Dengan menggabungkan unsur-unsur tradisional dan partisipasi aktif dari berbagai kalangan, acara ini berhasil menciptakan suasana yang penuh makna dan kebersamaan. Diharapkan, perayaan ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga momentum untuk mendorong pelestarian budaya dan pembangunan daerah yang lebih baik.(Gen)