Dzikroni Kades Nol Rupiah

DZIKRONI KADES NOL RUPIAH
DZIKRONI KADES NOL RUPIAH

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Dzikroni seorang Kepala Desa Butuh Lor di Kecamatan Kalikajar, yang berhasil memenangkan pemilihan Kades tanpa harus mengeluarkan dana. Kisah keberhasilannya menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa dedikasi selama 22 tahun menjadi perangkat desa dan visi yang mulia dapat mengatasi segala hambatan termasuk keterbatasan finansial.

Dalam sebuah kontes yang sering kali dipenuhi dengan kompetisi finansial, Dzikroni mengambil pendekatan yang berbeda. Ia memilih fokus pada komunikasi langsung kepada warga desa dan menyampaikan visi serta rencana secara jelas dan meyakinkan dengan menjadikan Masyarakat Desa Butuh Lor nyaman, rukun, damai dan focus meningkatkan potensi pariwisata.

Bacaan Lainnya

Dengan munculnya inisiatif yang hadir dari masyarakat berupa sumbang sembako untuk menghidangkan tamu, Dzikroni berhasil membangun kepercayaam dan dukungan dari para pemilih. Meskipun 2 pesaingnya adalah incumbent, Dzikroni terus mengandalkan pendekatan yang lebih sederhana namun lebih efektif.

Kejujuran, integritas dan dedikasi Dzikroni selama menjadi perangkat desa terhadap Pembangunan desa menjadi bukti nyata dan faktor kunci dalam kemenangannya. Warga desa merasa terhubung dengan visi dan komitmen yang ia tawarkan, sehingga menghasilkan dukungan yang kuat dari mereka.

Dzikroni merupakan salah satu kepada desa yang tidak mengeluarkan uang untuk konsolidasi diantara 230-an jumlah kepada desa yang ada di Wonosobo. Hal ini sempat membuat Dzikroni merasa minder saat ditanya sudah berapa banyak uang yang dihabiskan. Namun hal ini tidak membuatnya berkecil hati, namun malah memberikan contoh baik dan rasa optimisme.

Desa Butuh Lor terdiri dari 4 dusun yaitu Butuh, Sijeruk, Jengklok, dan Garung. Meliputi 12 Rw, 40 Rt, dengan total 7600-an penduduk jiwa, dengan mata pencaharian mayoritas 89 petani dengan luas lahan 76 hektar.

Dengan wilayah yang luas ini, Butuh Lor diberikan kepercayaan oleh Pemerintah Daerah untuk mengembangkan Pariwisata, Pengelolaan Kopi Arabika, tembakau alusan dan melestarikan dombos amanat langsung dari SBY saat menjadi presiden.

Perkembangan budidaya dombos yang awalnya masih hitungan jari hingga sekarang sudah mencapai ribuan, yang berlokasi di dusun Garung.
Pada tahun 2022 Butuh Lor memperoleh dana ketahanan pangan, desa memanfaatkan dana tersebut untuk budidaya dombos sejumlah 200 juta. Pengelolaan diserahkan kepada kelompok tani yang sudah berbadan hukum yang berjumlah 19 kelompok tani aktif.

Awalnya pengelola diberi 3 ekor dombos senilai 10 juta. Dari yang awalnya 3 ekor bisa mencapai 16 ekor, 10 ekor bahkan ada juga yang mati.
Selain dombos, pemerintah Wonosobo juga mendukung 95 petani tembakau untuk memproduksi mbako alus atau lembutan. Atau biasa dikenal dengan sebutan nglinting dewe. Sebutan ini mampu membawa Butuh Lor mengikuti event yang mendapatkan penghargaan Tingkat Jateng. Pengelola tembakau alusan ini sudah memiliki kelompok tani tembakau Bernama embun toalo, komunitas resmi yang sudah memiliki SK oleh Bupati.

Selain itu, pengelolaan pariwisata berupa pendakian gunung sumbing ini tidak kalah ramai. Sebelum wisatawan melakukan pendakian, mereka sudah dimanjakan dengan area menuju basecamp yang dikelilingi dengan pemandangan gunung yang jelas terlihat. Basecamp gunung sumbing ini berukuran cukup luas sekitar 50×50 meter persegi, yang terdiri dari halaman depan yang luas, tempat parkir luas, tempat pendaftaran, dapur, gudang persewaan alat pendakian, tempat istirahat, bank sampah plastik, dan lainnya. Fasilitas yang memadahi ini sangat membantu wisatawan dalam kegiatan pendakian gunung. Ada juga ojek setan sebagai alat transportasi dari basecamp ke pos pertama.

Basecamp pendakian gunung sumbing ini dikelola pemuda setempat. Bernama Satuan Induk Anak Karantaruna. Pengelola basecamp merupakan unit dari pengurus Bumdes. Setelah Ramadhan usai, Desa Butuh Lor memiliki agenda dengan tujuan untuk memeriahkan potensi pariwisata, Bernama Trainer Pendakian meliputi 3 kategori, yaitu pertama rute sumbing sindoro, kedua menempuh jarak 50 meter hanya melewati sumbing, dan ketiga menempuh jarak 20 meter berjalan mengitari kampung. Hingga saat ini peserta sudah mencapai 400 orang, pendaftaran peserta masih dibuka hingga peserta mencapai 1000 orang. Kegiatan ini mendapat antusias yang baik dari masyarakat terutama pemuda desa, dibuktikan dengan partisipasi keterlibatannya.

Selain potensi pariwisata, kopi arabika juga menjadi icon potensi Butuh Lor. Sukirno Kusumo merupakan generasi ketiga dihitung sejak tahun 2017 untuk bergabung dan meneruskan usaha kopi arabika.

Dulu komoditas utama adalah tembakau. Menanam kopi dulu sempat dirasa dramatis dan tidak semudah sekarang. Karena petani dulu masih fanatik, apabila ada petani yang menanam kopi dikira akan mengambil alih lahan yang ditanami tembakau. Kalau sekarang disebut tanaman disertifikasi, hal ini karena sekarang lahan sudah bisa ditanami tembakau, kopi maupun hasil petani lainnya seperti sayuran. Semakin tinggi dpl kopi maka semakin bagus pula kualitas kopinya.

Awalnya brand kopi Bernama Garung yang sekarang sudah diganti “Butuh Kopi” hal ini dilakukan karena “Garung” memberi makna yang berbeda, Masyarakat beranggapan bahwa Garung Kecamatan yang berlokasi dibawah Kecamatan Kejajar, Bukan Dusun Garung yang berlokasi di Kecamatan Kalikajar.

“Saya berharap mangsa pasar penjualan kopi semakin meluas, mau berapapun kebutuhan pelanggan, masih bisa saya usahakan asalkan modal dan bahan baku mencukupi. Yang terpenting adalah mangsa pasar sehingga mampu meningkatkan jumlah produksi” ucap Sukirno.(ASA)

Pos terkait