Daya Tarik Pameran Manuskrip di AICIS 2024

IMG 20240204 173052
Pengunjung pameran di Walisongo Center, sedang menikmati pameran

MERCUSUAR.CO, Semarang – Perhelatan AICIS di UIN Walisongo Semarang, tanggal 1-4 Februari tidak hanya ramai membincangkan tema-tema tentang kemanusiaan dan peradaban. Tetapi juga menjadi daya tarik luarbiasa adalah pameran ratusan manuskrip yang ada dalam Walisongo Center UIN Walisongo.

Pameran manuskrip di Walisongo Center UIN Walisongo ini baru saja dibuka bertepatan dengan pembukaan acara AICIS 2024.

Bacaan Lainnya

“Baru dibuka Kamis kemarin bareng pembukaan AICIS, Alhamdulillah pengunjungnya ramai. Mereka sangat antusias,” ujar Nailatul Husna, mahasiswi ISAI UIN Walisongo asal Riau yang saat itu menjaga Walisongo Center, Sabtu (3/2/2024).

Sementara itu, Ida Novianti, mahasiswi dari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (Saizu) Purwokerto, salahsatu pengunjung pameran mengaku puas melihat manuskrip – manuskrip di Walisongo Center.

“Senang dan takjub mas, banyak manuskrip asli yang dipamerkan disini. Lebih bisa mengetahui sejarah perjalanan Islam,” tandasnya

Walisongo Center

Desain dasar Walisongo Center adalah perjalanan Islam melalui segi sanad keilmuan Islam, sejak jaman Rasulullah SAW hingga sekarang dengan didukung fakta-fakta lapangan dalam bentuk manuskrip dan realia.

Dalam hunting penyelamatan naskah-naskah kuno tulisan tangan, Walisongo Center berhasil mengumpulkan lebih dari 60an manuskrip dalam berbagai bidang, tema dan ilmu. Jika digabung dengan manuskrip hibah masyarakat dan hasil koleksi maka kini telah manuskrip Nusantara dimiliki Walisongo Center.

Media tulis manuskrip juga sang beragam, ada manuskrip lontar, kertas dluwang, kain, disamping itu banyak manuskrip dengan media kertas eropa.

Jenis isi manuskrip juga sangat beragam, ada mushaf Al Qur’an abad 18, 19, ada Fiqh, akidah, akhlak, tasawuf, nahwu shoraf, sejarah wali sampai dengan manuskrip primbon jawa.

Beberapa manuskrip Nusantara yang disimpan Belanda juga ikut dipamerkan. Yang berhasil diduplikasi antara lain primbon Sunan Bonang, Suluk Sunan Giri, primbon Ferrara, manuskrip wejangan Sunan Kudus, Sunan Ampel. Dengan cetak khusus pengunjung akan disuguhi seperti manuskrip aslinya, selain itu juga tersedia ratusan manuskrip digital yang telah dikumpulkan Walisongo Center.

Pameran yang dimulai saat pembukaan AICIS ke-23 pada hari Kamis (1/2), juga menampilkan duplikat Mushaf Sana’a yang sangat menarik. Mushaf yang ditemukan di Yaman ini, konon berasal dari abad 8 atau bahkan abad 7 dengan gaya tulisan yang belum banyak mengenal harakat. Dicetak dengan menyerupai aslinya, walau duplikat  ternyata sangat indah dan terasa sangat kuno.

Walisongo Center juga menanam pohon-pohon langka bersejarah seperti pohon Maja yang terkait sejarah kerajaan Majapahit, pohon Glagah Wangi yang terkait sejarah pendirian Kasultanan Demak Bintoro, pohon Sawo, kayu Gaharu komoditas istimewa dari Indonesia yang katanya pernah disebut dalam hadits dan lain sebagainya.

Walisongo Center juga menyimpan manuskrip lontar Ramayana, bahkan juga Warige Kalender khas penanggalan masyarakat Bali.

Di Walisongo Center tentu terbanyak manuskrip dari peninggalan abad 18, 19, 20. Karya-karya abad 19 – 20 juga banyak dipamerkan dalam bentuk litograf, seperti karya  Kyai Sholeh Darat, karya Kyai Kholil Bangkalan dan sebagainya.(day)

Pos terkait