MERCUSUAR.CO, Boyolali – Cara unik dilakukan ratusan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hidayah Al Mubarokah, Dusun Tempel, Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali dalam menyambut Lailatul Qodar. Mereka menyalakan berbagai api seperti obor,lilin dan lampu minyak yang digunakan sebagai penerangan, kegiatan ini dilakukan pada Minggu (31/3/2014) malam dihalaman Ponpes. Kegiatan ngaji tintir tersebut rutin digelar setiap tahunnya.
Ratusan santri ini berjalan menuju ke lapangan yang berjarak 200 meter dari pondok dengan membawa Al Quran dan membaca sholawat. Sesampainya di sana, mereka duduk di atas tikar lalu meletakkan pencahayaan tradisional tersebut di dekat mereka.
Ditemui seusai acara, Pengurus Pondok Pesantren Nurul Hidayah Al Mubarokah, Muhammad Fathan atau lebih dikenal dengan Gus Fathan menyampaikan kegiatan ini dinamakan dengan “ Ngaji Tintir “. Dinamakan ngaji tintir karena mereka menggunakan lampu tintir sebagai alat penerangan. Ngaji tintir tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut lailatur qadar selain itu juga untuk mengenang para nenek moyang ketika membaca Al-Qur’an. Walaupun sulit namun semangat para pendahulu untuk membaca Al-Qur’an sangat luar bisa.
“ Ngaji tintir ini bertujuan agar para santri tahu rasanya jerih payah para pendahulu saat mengaji dan membaca kalam Allah saat dulu. Selain itu juga agar para santri bisa berpikir, bermuhasabah diri, bahwasanya sulitnya untuk membaca Al-Qur’an saat itu. Dalam situasi saat ini, kita semua sudah difasilitasi segala macam fasilitas supaya kita tetap bisa membaca Al-Qur’an dengan mudah,” kata Gus Fathan.
Salah satu santri, Dimas Raul Saputra, mengatakan senang dengan pengalaman mengaji tintir di pondok pesantrennya. Baginya mengikuti ngaji tintir ini ada tantangannya karena api yang digunakan penerangan sering padam tertiup angin. Dirinya yang sudah mengikuti ngaji tintir untuk ke 4 kalinya merasa membaca Al-Qur’an terasa lebih meresap dan syahdu dengan mengaji tintir dalam kegelapan malam.
“ Ada kesulitannya juga saat ngaji tintir seperti api yang padam tertiup angin,” katanya.
Lebih lanjut Gus Fathan berharap para santri bisa membawa bekal yang baik berupa ilmu, akhlak, dan pengalaman untuk dibawa pulang. (Fen)