PURBALINGGA, Mercusuar.co – Buku sebagai jendela dunia, dan buku sebagai sumber ilmu pengetahuan telah mengalami pengurangan peminat baca yang luar biasa. Keberadaannya mulai tergerus oleh merebaknya teknologi gadget yang sudah merambah ke seluruh dunia dan merampas hak anak untuk mendorong dirinya menyukai buku sebagai bahan bacaan.
Hel seperti ini terus menjadi bahan keprihatinan bagi banyak penggerak literasi, mereka prihati dengan kondisi anak yang mulai menyampingkan kebutuhan ilmu pengetahuan melalui membaca buku.
Kondisi yang demikian mendorong para penggerak literasi melahirkan ide-ide kreatif untuk menarik kembali minat baca bagi anak-anak sekolah. Sebagaimana yang dilakukan Mei Ratna Hartanti, salah seorang penggerak literasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pustaka Nusantara di Desa Kembaran Wetan, RT 2, RW 1, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga.
Mei Ratna Hartanti dalam mengelola literasi di TBM Pustaka Nusantara menerapkan layanan Read Aloud atau membaca nyaring bagi anak-anak disekitarnya yang berkunjung ke TBM.
Di bawah rimbunan berpuluh pohon buah dukuh, di sebuah rumah yang menjadi tempat berdirinya TBM Pustaka Nusantara, Mei mengajak puluhan anak untuk kembali menyukai buku dengan cara read alaud, membaca secara nyaring.
Mei membacakan sebuah buku cerita pendek, ia mendongeng secara interaktif, menyusupi tanya jawab terhadap hal-hal penting di dalam cerita tersebut.
Hal demikian menurutnya mempermudah anak untuk memahami sebuah cerita, menambah kosa kata, dan menarik perhatian anak terhadap buku.
“Kalau anak-anak sudah berkumpul banyak, saya bacakan buku dan anak-anak supaya mendengarkan. Yang biasanya kami baca itu buku-buku cerita atau duku dongeng,” ungkap Mei saat ditemui diokasi TBM Pustaka Nusantara, Rabu (15/5/2025).
Ia menyampaikan, dengan membaca nyaring diharapkan anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa secara lisan, dan juga memahami kalimat secara tulisan.
Disamping itu, read aloud bisa menjadi dasar anak untuk belajar membaca dan menulis karena adanya rangsangan dari suara bacaan pada pendengaran. Karena pada dasarnya mendengar jauh lebih sesuatu tersampaikan.
Di TBM Pustaka Nusantara anak-anak juga dimbing untuk belajar menulis, dipilihkan buku-buku bacaan yang sesuai, dan juga diajari mewarnai gambar.
Sedang bagi orang tua yang mendampingi anak-anak juga berkesempatan untuk ikut membaca buku atau majalah yang disediakan. Umumnya mereka memilih buku-buku tentang masakan, kuliner, wisata atau mode.
“Kegiatan ini juga diharapkan bisa mengurangi intensitas anak dan orang tua bersentuhan dengan handphone. Tapi menggantinya dengan kegiatan membaca,” ujar Mei.
Terkait kondisi TBM Pustaka Nusantara, Teguh Priyono selaku pendiri mengatakan, TBM Pustaka Nusantara belum memiliki tempat yang representatif dan memadai. Selama tatu tahun sejak berdiri masih memanfaatkan teras rumah ketua Penggerak PKK di lingkungannya, yakni rumah Musliah di RT 2, RW 1, Desa Kembaran Wetan.
“Berdiri baru satu tahun, buku-bukunya juga masih sangat terbatas, tempatnya juga masih numpang di rumah warga,” ungkap Teguh Priyono yang kesehiannya menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Kaligondang.
Ia berharap, TBM yang dikelolanya bisa bermanfaat bagi warga disekitarnya, menjadi sumbangsih terhadap pendidikan anak bangsa, dan bisa bersinergi dengan pihak-pihak terkait.
“Kami juga membuka peluang bagi warga atau instansi yang ingin mendonasikan buku-buku koleksinya. Karena persediaan buku kami juga masih terbatas,” ujarnya.(Angga)