Tugu Joeang Blater, Sebuah Monumen Mengenang Penuang Kemerdekaan di Wilayah Purbalingga

IMG 20250817 WA0000

Mercusuar.co, Purbalingga – Perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan akibat adanya Agresi Militer Belanda 1 tahun 1947 juga menjadi catatan sejarah bagi warga Kabupaten Purbalingga. Salah satunya adalah pertempuran antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Tentara Belanda di wilayah Desa Blater, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga pada tanggal 31 Juli 19147.

 

Pertempuran terjadi saat sejumlah tentara dari batalion Cilacap yang dipimpin oleh Kapten Wongsoatmodjo secara tidak sengaja memergoki pasukan tentara Belanda yang sedang menuju arah Purwokerto dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Namun di tengah jalan, tepatnya di Desa Blater, TNI brigade Cilacap yang sedianya menuju ke Belik atas perintah komandan Brigade V Purwokerto, Jendral Soedirman, harus turun dari kereta di wilayah Desa Jompo untuk menghadapi tentara Belanda.

 

Pertempuran sengit pun terjadi, pasukan Kapiten Wongsoatmodjo dibawah komando Kapten Hardojo, putra Purbalingga, anak dari Raden Sastro Sumarto, Kepala Sekolah Rakyat (SR) di Purbalingga kocar kacir karena kalah jumlah dan kalah persenjataan. Sedang pasukan tentara Belanda sudah pasti dipersenjatai dengan senjata modern berikut panser yang dikendarai.

 

Dalam buku ‘Jejak Perjuangan Rakyat Purbalingga Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan 1942-1949’ karya Triatmo yang diterbitkan Purbadi Publishing (2018) menuliskan, dari pertempuran yang tidak seimbang itu, banyak pejuang Purbalingga, baik tentara pasukan Kapiten Hardojo maupun warga sekitar yang ikut membantu menghadapi serangan Divisi Panser Belanda tercatat 28 orang yang gugur. Sedangkan dari pihak Belanda tidak diketahui jumlahnya.

 

Kronologi

 

Pasukan Divisi Panser Belanda sedang melakukan perjalan menuju Yogyakarta, sedianya akan melewati Tegal, Brebes, Bumiayu dan Purwokerto. Namun saat tiba di Prupuk, pasukan Divisi Panser Belanda mendapat informasi dari mata-mata Belanda bahwa wilayah Purwokerto sedang dijaga ketat oleh pasukan TNI dibawah komando Jendral Soedirman. Dalam informasi juga disampaikan, bahawa pasukan Jendral Soedirman sangat kuat. Sehingga pasukan Divisi Panser Belanda berbalik arah dan mengarahkan pasukannya mengambil jalan menerobos melalui Purbalingga arah utara.

 

Informasi pasukan Belanda berbalik arah dan mengambil jalur Utara Purbalingga juga didengar oleh Jendral Soedirman, makan dengan dengan segera komandan Diwisi V Purwokerto, gggJendral Soedirman memerintahkan pasukan TNI Batalyon Purbalingga yang sedang berada di Jawa Barat untuk kembali ke Purbalingga.

 

Pasukan Batalion Cilacap juga m ndapatkan perintah yang sama, untuk menjaga Purbalingga dari arah utara. Mereka diperintahkan untuk menuju wilayah Belik, memblokade pasukan Belanda agar tidak bisa masuk ke Purbalingga. Namun upaya itu sia-sia, karena kalah cepat dengan pasukan Belanda yang mengendarai panser, mobil dan motor.

 

Walau demikian, upaya mencegah agar Belanda tidak bisa masuk Purbalingga terus dilakukan. Para pejuang di wilayah Utara melakukan pemblokiran di Bobotsari dengan cara memblokade jalan dengan meletakan berbagai rintangan di sepanjang jalan, pohon-pohon ditumbangkan untuk menutup jalan. Namun upaya mereka juga tidak membawa hasil yang baik, pasukan Belanda berhasil menerobos barikade dan melanjutkan menuju Purbalingga tanpa perlawanan yang berarti.

 

Di Purbalingga, pasukan Panser Belanda berbelok arah menuju Purwokerto, karena jalur menuju Yogyakarta yang saatbitu mudah dijangkau adalah melui Sukaraja dan berbelok ke kiri arah Buntu dan Kebumen. Namun belum sampai Sukaraja, pasukan Belanda dihadang pasukan TNI Batalyon Cilacap yang dipimpin Kapten Hardojo yang mendak turun dari kereta di wilayah Jompo.

 

Pasukan Kapiten Hardyo melaju ke arah Desa Blater dengan jalan kaki untuk menghadapi pasukan Belanda. Di tempat itulah kedua belah pihak berhadapan, baku tembak pun terjadi. Pertempuran pun melebar hingga masuk ke wilayah Sidakangen, desa yang berdekatan dengan Blater. Bahkan diceritakan oleh Gunoto Eko Saputro dalam tulisannya “Battle of Blater, Perjuangan Rakyat Purbalingga Mempertahankan NKRI” ada warga Sidakangen yang turut membantu pertempuran bernama Ahmad ikut gugur. Ia sempat terluka dan diburu hingga sampai rumah dan mencoba bersembunyi, namun keberadaannya diketahui pihak musuh dan ditembak di tempat hingga tewas. Kejadian tersebut terjadi pada hari Kamis Wage, 31 Juli 1947.

 

Tugu Joeang Blater

 

Dari peristiwa tersebut, sebagai catatan sejarah Perjuangan bangsa Indonesia di Purbalingga yang turut mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari kembalinya pasukan Belanda yang tidak merelakan Republik Indonesia merdeka melalui agresi militer Belanda 1 di tahun 1947. Maka dibangunlah monumen Tugu Joeang Blater yang bertempat di tepi jalan Sungkono, Desa Blater, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga.

 

Tugu Joeang Blatertersebut dibangun atas gagasan dan usulan Bapak Mangun Wiyoto, Kepala SD Negeri Rabak saat mengiikut rapat di Kecamatan Kalimanah pada tanggal 10 Juli 1960. Pada saat iitu Mangun Wiyoto bertidak sebagai Panitia Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 15 Tahun 1960, sehingga pada tahun itu juga (1969), tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1960 pembuatan Tugu Joeang Blater dimulai.(Angga)

Pos terkait