Mercusuar.co, Jakarta – Thailand kini resmi menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengesahkan pernikahan sesama jenis, setelah Undang-Undang (UU) Kesetaraan Pernikahan mulai berlaku pada Kamis (23/1/2025). UU ini memberikan hak penuh kepada pasangan sesama jenis, mulai dari pengakuan hukum hingga hak finansial dan medis.
Diambil dari unggahan media sosaial X Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mengungkapkan rasa bangganya atas langkah bersejarah ini. “Hari ini, bendera pelangi berkibar dengan bangga di atas Thailand,” tulisnya dalam sebuah unggahan.
Hari pertama pemberlakuan UU ini dirayakan dengan seremoni pernikahan massal yang diikuti puluhan pasangan sesama jenis dan transgender. Dua aktor gay ternama Thailand, Apiwat Apiwatsayree (40) dan Sappanyoo Panatkool (38), turut merayakan momen ini dengan melangsungkan pernikahan mereka.
UU Kesetaraan Pernikahan ini menghapus terminologi tradisional seperti “suami” dan “istri,” menggantinya dengan istilah netral gender. Selain itu, undang-undang ini membuka peluang bagi kaum transgender untuk menikah dan memberikan hak adopsi serta warisan kepada semua pasangan yang telah menikah.
Dengan pengesahan UU ini, Thailand bergabung dengan Taiwan dan Nepal sebagai negara Asia yang mengakui pernikahan sesama jenis. Langkah ini sekaligus mengukuhkan posisi Thailand sebagai negara yang progresif dalam isu hak-hak LGBTQ di kawasan.
Proses panjang menuju pengesahan UU ini melibatkan perjuangan bertahun-tahun oleh berbagai kelompok masyarakat. Parlemen Thailand akhirnya menyetujui rancangan undang-undang tersebut melalui voting pada Juni 2024. Setelah itu, UU ini diratifikasi oleh Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, sebelum resmi berlaku.
dilansir dari media Detik.com, mantan Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, turut menghadiri pernikahan massal tersebut. Dalam pidatonya, ia menyindir pandangan konservatif yang masih dipegang beberapa pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang sebelumnya menegaskan hanya mengakui dua jenis kelamin.
“Kita harus lebih terbuka. Baru-baru ini, seorang pemimpin negara mengatakan hanya ada dua gender, tetapi Thailand membuktikan bahwa kita mampu melangkah lebih jauh dari itu,” ujarnya.