Sudah Ada Sejak Abad ke-7, Sumur Beji Diproyeksikan Jadi Destinasi Wisata

7ksumur pwr fid
Mercusuar/Dok - Prosesi kirab dan pembacaan doa di sumur beji Desa Soko, Kecamatan Bagelen berjalan dengan khidmat, kemarin.

MERCUSUAR.CO, Purworejo – Masyarakat Desa Soko Kecamatan Bagelen, menggelar kirab budaya dan kenduri agung, dalam rangka pembangunan lingkungan sumur beji Desa Soko, pada Sabtu (6/11). Sumur beji Desa Soko dibangun untuk diproyeksikan sebagai destinasi wisata karena dinilai memiliki sejarah panjang dan sudah ada sejak jaman kerajaan kalingga pada abad ke-7.

Kirab dengan membawa berbagai menu makanan siap saji dan tumpeng serta buah itu dibawa oleh warga dari rumah ketua RT setempat hingga lokasi sumur beji yang berada di RT 1 RW 3 Dusun Legok Desa Soko. Warga juga membawa batu hitam besar untuk digunakan sebagai tanda peletakan batu pertama pembangunan sumur beji.
Musik gamelan jawa yang ditabuh menyambut kedatangan warga, aneka makanan siap saji yang dibawa itu kemudian diletakkan disuatu tempat yang telah disediakan, kemudian didoakan dan dimakan secara bersama-sama usai kegiatan digelar.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh sejumlah tokoh masyarakat Desa dan pemberi bantuan dana pembangunan sumur beji yakni keluarga Nicolas Legowo dari Plaosan, Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo.
Nicolas Legowo, saat ditemui dilokasi kegiatan mengatakan, kegiatan itu dilaksanakan untuk mendukung masyarakat Desa Soko untuk bangkit yaitu untuk nguri-nguri sejarah budaya dan kelestarian alam yang ada di Desa Soko.

“Keluarga kami mempunyai tradisi sedekah air yaitu sebelumnya berupa bantuan air bersih tangki, namun untuk tahun ini kita berubah pola yaitu kita mengajak masyarakat untuk nguri-nguri sumber air yang sudah ada termasuk merawat dan menjaga agar kelestarian air itu bisa tetap terjaga,” kata Legowo.

Dikatakan, Desa Soko memiliki keunikan tersendiri yaitu dengan adanya pohon bunga soko yang tumbuh dengan subur di lokasi sumur beji. Menurutnya pohon bunga soko dan sumur beji ini berdasarkan sejarah sudah ada sejak abad ke-7 atau sejak zaman kerajaan Kalingga ditahun 674-695 masehi. Waktu masa perang pangeran Diponegoro, sumur beji itu juga sering digunakan oleh para prajurit pangeran Diponegoro yang sakit untuk minum dan mandi, dan atas ijin yang maha kuasa prajurit yang sakit bisa sembuh dan sehat kembali.

“Rencananya kami dan keluarga akan membuat pagar dengan konsep era majapahitan disumur beji ini, karena akar pohon yang tumbuh sudah melebar kemana-mana, maka sengaja tidak kita bikin pondasi, namun dengan cara balok gantung agar tidak merusak alam atau akarnya,” jelasnya.

Budayawan yang juga tokoh masyarakat Desa Soko, Warsito Hadi mengatakan, sumur beji Desa Soko menjadi cikal bakal atau asal usul nama Desa Soko. Nama Soko diambil dari pohon bunga Soko yang ada dan tumbuh di sumur beji itu.

“Sumur Ini namanya beji lembah Soko, sudah ada sejak zaman Kalingga dan punya ashar tersendiri yaitu ashar kesehatan, orang yang sakit mandi disini jadi sembuh dan ini menjadi sumber mata air untuk lingkungan didesa ini tidak pernah kering walau kemarau panjang,” jelasnya.

Ada 4 pohon bunga Soko yang tumbuh dengan baik di Desa Soko itu, warga menamakan Desa Soko dari pohon bunga Soko yang tumbuh dan memiliki berkah itu.

“Harapanya Desa Soko memiliki peninggalan sejarah atau budaya yang terawat dan memiliki destinasi wisata yang sekaligus bisa digunakan untuk kesehatan. Dengan kegiatan ini, generasi muda Desa Soko menjadi tau dan memahami sejarah asal usul nama Desa Soko dari nama Kembang Soko,” harapnya.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, mengaku senang dan sangat mengapresias atas gelaran kegiatan itu.

“Senang sekali ini semakin memperkaya potensi kebudayaan yang ada di Purworejo. Saya melihat masyarakat sudah mulai terbuka bahwa tradisi budaya ini sangat layak untuk di promosikan ke khalayak,” katanya.
Perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk juga dari dinas untuk bisa mengenalkan potensi budaya Desa Soko ini. Dirinya mengaku akan menggerakkan biro perjalanan untuk turut mengenalkan dan membantu mempromosikan potensi itu ke khalayak untuk dijadikan sebuah destinasi wisata.

“Kemudian ketika disini sudah siap maka tugasnya biro-biro perjalanan, nanti setelah kami selesai mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di Kabupaten Purworejo, maka kami akan mengajak temen-temen biro perjalanan untuk menggelar wisata budaya,” pungkasnya.

Pos terkait