MERCUSUAR.CO, Klaten – Tradisi Nyadran adalah tradisi yang masih terus dilakukan masyarakat menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Nyadran merupakan sebuah budaya mendoakan leluhur yang telah tiada.
Nyadran atau biasa disebut “Ruwahan” yang memang digelar pada bulan Ruwah/Sya^ban. Nyadran dimaksud sebagai sarana mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia akan mengalami kematian. Nyadran juga dijadikan sarana melestarikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan umbul bujono (makan bersama).
Nyadran juga dilakukan warga dusun Ngrangkah desa Joho kecamatan Prambanan Klaten pada Kamis (7/3/2024). Warga berkumpul dihalaman masjid dengan membawa berbagai macam makanan yang nantinya akan dilakukan makan bersama.
Menurut salah satu tokoh masyarakat dusun Ngrangkah, kegiatan nyadran ini sempat terhenti karena Covid 19 pada beberapa tahun yang lalu. Dan pada tahun ini tradisi Nyadran kembali dilakukan. Menurutnya tradisi ini adalah sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi diantara warga.
“ Setelah sempat vakum karena adanya kasus Covid 19,tahun ini Alhamdulillah bisa kembali melakukan tradisi Nyadran,” kata Sarana.
Sarana menambahkan, berbagai jenis makanan nantinya akan dibagikan secara berebut dan dimakan bersama. Sebelumnya dilakukan doa bersama bagi arwah leluhur yang sudah meninggal.
“Dalam tradisi nyadran ini akan dilakukan pembagian makanan yang dibagikan secara acak untuk kemudian dimakan bersama, namun sebelumnya akan dilakukan doa bagi arwah leluhur yang sudah meninggal dunia,” imbuhnya.
Warga terlihat sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir. Salah satu warga mengaku sangat senang dengan tradisi ini.
“ Saya senang dengan acara ini, karena di acara ini bisa bertemu dengan seluruh warga, karena warga yang merantau biasanya pulang untuk nyekar,” ujar Sariman. (fen).