Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.431 per USD Pagi Ini

ilustarasi rupiah
ilustarasi rupiah

Mercusuar – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Rupiah tak kuasa mempertahankan penguatan atas dolar AS pada penutupan perdagangan kemarin.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 2 September 2025, rupiah hingga pukul 09.05 WIB berada di level Rp16.431 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 12,5 poin atau setara 0,08 persen dari Rp16.418,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Sementara, data Yahoo Finance, mencatat rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.458 per USD. Rupiah terpantau melemah 45 poin atau 0,27 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.413 per USD.

Rupiah diprediksi menguat

Analis mata uang Ibrahim Assuabi, menyebut penguatan rupiah dipengaruhi meningkatnya peluang penurunan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini. Menurut CME FedWatch Tool, peluang tersebut mendekati 90 persen.

“Investor meningkatkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga September setelah inflasi inti AS sesuai dengan perkiraan,” ujar Ibrahim.

Data menunjukkan inflasi inti AS berdasarkan indeks Personal Consumption Expenditure (PCE) naik 2,9 persen (yoy) pada Juli 2025, tertinggi sejak Februari, sementara secara bulanan tumbuh 0,3 persen. Karena laju kenaikan tidak setinggi perkiraan, pasar semakin yakin penurunan suku bunga akan terjadi bulan ini.

Pasar kini menanti laporan nonfarm payrolls (NFP). Data ketenagakerjaan yang solid bisa mengurangi ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, sebaliknya angka yang melemah akan memperkuat peluang pemangkasan.

Di sisi lain, ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral AS masih berlangsung. Presiden Donald Trump berupaya memberhentikan Anggota Dewan Gubernur The Fed, Lisa Cook, terkait dugaan kasus hipotek tahun 2021. Namun Cook menolak dan menggugat langkah tersebut.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari peningkatan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia versi S&P Global yang naik ke 51,5 pada Agustus 2025, dari 49,2 pada bulan sebelumnya. Angka ini menandai ekspansi pertama dalam lima bulan terakhir, ditopang peningkatan output dan pesanan baru.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia (NPI) sebesar 4,17 miliar dolar AS pada Juli 2025, lebih tinggi dibanding Juni sebesar 4,11 miliar dolar AS. Komoditas utama penopang surplus berasal dari ekspor CPO dan batu bara. Surplus perdagangan ini tercatat beruntun selama 63 bulan sejak Mei 2020.

Pos terkait